Studi Fenomenologi: Pengalaman Perawat IGD Dalam Menangani Pasien COVID-19 Di RSUB Malang

Main Authors: Lompoliu, Angelia Yoan, Dr. Dra. Indah Winarni,, M.A, Ns. Tony Suharsono,, S. Kep., M.Kep
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187742/1/Angelia%20Yoan%20Lompoliu.pdf
http://repository.ub.ac.id/187742/
Daftar Isi:
  • Coronavirus 19 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019. Namun dalam kurun waktu 2 bulan penyakit ini telah menyebar ke beberapa negara. Penularan yang begitu cepat membuat penyakit COVID-19 ditetapkan sebagai peristiwa pandemi diseluruh dunia oleh WHO. Perawat IGD merupakan garda terdepan dari sistem pelayanan kesehatan dalam menghadapi wabah. Pada saat terjadi pandemi COVID-19, banyak terjadi perubahan dalam sistem pelayanan di IGD, membuat beban kerja di IGD menjadi bertambah. Peran penting perawat IGD adalah meminimalkan risiko penularan. Namun masalah yang dihadapi perawat IGD adalah meningkatnya risiko infeksi yang tidak dapat diprediksi. Hal tersebut menempatkan perawat IGD menjadi populasi yang rentan terinfeksi. Di Indonesia terdapat 5.682 perawat yang terinfeksi COVID-19. Berdasarkan penelitian, para penyintas COVID-19 mengalami gejala penyakit jangka panjang. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah bagi perawat IGD penyintas COVID-19 yang harus kembali bekerja di IGD dengan beban kerja yang berat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi makna pengalaman perawat IGD penyintas COVID-19 selama bekerja di IGD RSUB Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretatif. Menggunakan pendekatan fenomenologi interpretarif adalah untuk mengekpor pengalaman perawat IGD penyintas COVID-19 saat bekerja pada situasi pandemi. Lokasi penelitian di IGD Rumah Sakit Universiat Brawijaya. Jumlah partisipan ada 6 orang perawat IGD yang merupakan penyintas COVID-19. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam selama 30-60 menit. Analisis data mengunakan IPA dengan pendekatakan teori Biggerstaff & Thompson (2008) dengan 4 tahap: First encounter with the text, Preliminary themes identified, Grouping themes together as clusters, Tabulating themes in a summary table. Hasil dari analisis diperoleh 11 tema: 1. Mengalami kesulitan pada saat melakukan screening dan hambatan psikis serta fisik dalam menggunakan APD; 2. Mendapat tambahan pengetahuan dan pengalaman; 3. Tidak mengkhawatirkan diri sendiri tetapi lebih mengkhawatirkan orang lain; 4. Berusaha melindungi diri dari stigma; 5. Memutuskan isolasi di safe house rumah sakit karena takut keluarga terpapar COVID-19; 6. Memutuskan isolasi di rumah karena tidak nyaman isolasi tanpa kehadiran teman akrab; 7. Memutuskan isolasi di safe house rumah sakit karena tidak dikehendaki isolasi di rumah oleh petugas puskesmas; 8. Membutuhkan dukungan saat isolasi mandiri di rumah; 9. Mendapat berbagai dukungan saat isolasi di safe house rumah sakit; 10. Melakukan introspeksi diri setelah terpapar COVID-19; 11. Menjadi lebih berpengalaman dan lebih menyadari pentingnya menjalankan protokol kesehatan pada level maksimal. Bekerja di IGD saat pandemi merupakan situasi yang sulit yang harus dihadapi perawat IGD. Kebaruan penyakit membuat perawat IGD mengalami keterbatasan dalam pengetahuan dan kurang pengalaman untuk mengenal sifat dari penyakit serta ancaman yang ditimbulkan, sehingga perawat IGD kesulitan untuk melindungi dirinya sendiri. Mendapat tambahan pengetahuan dari pelatihan dan pengalaman selama menangani pasien COVID-19, membuat perawat IGD menjadi lebih siap untuk berkerja di IGD selama pandemi serta mampu untuk melindungi dirinya sendiri. Saat terkonfirmasi COVID-19, perawat IGD tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri karena mereka telah menyadari risiko menjadi perawat IGD saat bekerja pada masa pandemi. Mengetahui adanya stigma yang beredar di masyarakat terkait pasien COVID-19, menimbulkan kekhawatiran pada partisipan, sehingga partisipan berusaha untuk melindungi diriviii dari stigma dengan tidak menginformasikan kepada tetangga ketika terkonfirmasi COVID-19. Kekhawatiran lain yang di rasakan partisipan adalah menularkan penyakit kepada keluarga. Lansia, anak, maupun orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta akan mengalami gejala yang berat ketika terkonfirmasi COVID-19. Hal tersebut membuat partisipan tidak rela jika mereka akan menularkan penyakit kepada keluarganya. Partisipan berusaha melindungi keluarga mereka dengan memisahkan diri dari keluarga dengan menjalankan isolasi di rumah sakit. Perawat IGD yang terkonfirmasi COVID-19 harus menjalani isolasi mandiri dan minum obat (vitamin) untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tidak semua partisipan menjalankan isolasi di rumah sakit. Ada juga partisipan yang memilih untuk isolasi di rumah. Alasan partisipan yang memilih isolasi di rumah karena mereka merasa tidak ada orang yang di kenal akrab yang berada di ruang isolasi di rumah sakit. Partisipan yang memilih isolasi mandiri di rumah merasa kesulitan harus melakukan aktivitas sendiri tanpa bisa berinteraksi dengan orang lain. Minum obat menjadi kendala lain yang harus dilalui partisipan saat menjalani isolasi. Walaupun obat yang diminum berupa vitamin, namun cukup banyak vitamin yang harus diminum partisipan. Hal tersebut menjadi semakin sulit dilakukan partisipan yang tidak terbiasa dengan minum obat. Sulitnya menjalani isolasi membuat partisipan mambutuhkan dukungan. Partisipan yang menjalankan isolasi di rumah sakit merasa senang ketika mendapat dukungan dari keluarga dan teman kerja, terutama dari teman yang ada bersama di ruang isolasi. Pernah terkonfirmasi COVID-19 membuat perawat IGD melakukan introspeksi diri dan menyadari kelalaian yang pernah dilakukan, sehingga partisipan melakukan perubahan perilaku saat kembali bekerja ke IGD. Mendapat pengalaman menjadi penyintas COVID-19, mendapat berbagai dukungan saat menjalani isolasi, dan melakukan intriospeksi diri dalam memperbaiki prilaku, membuat perawat IGD perasa percaya diri untuk kembali bekerja menangani pasien COVID-19 di IGD