Analisis Kapabilitas Proses dalam Pemenuhan Spesifikasi Mutu Susu Sapi Segar dari Pemasok Koperasi B untuk Produksi Susu Cair di PT Y

Main Authors: Ardisly, Salsabila Gusti, Prof. Dr. Teti Estiasih,, STP, MP, Dego Yusa Ali,, STP. M.Sc
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187730/1/Salsabila%20Gusti%20Ardisly.pdf
http://repository.ub.ac.id/187730/
Daftar Isi:
  • PT Y merupakan salah satu industri pengolahan susu yang ada di Indonesia. PT Y bekerja sama dengan Koperasi B sebagai salah satu pemasok susu sapi segar. PT Y selalu melakukan pengujian mutu susu segar yang dipasok dari Koperasi B berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Namun, belum pernah dilakukan analisis kapabilitas proses pada mutu susu segar tersebut. Analisis kapabilitas proses merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menjaga mutu dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif hasil proses produksi sehingga diketahui apakah mutu suatu produk masih berada dalam batas spesifikasi atau tidak. Analisis kapabilitas proses dilakukan pada data hasil pengujian kuantitatif dan kualitatif susu segar, menggunakan software Mintab 17. Pada hasil pengujian kuantitatif (data variabel) digunakan analisis kapabilitas normal atau non-normal sedangkan pengujian kualitatif (data atribut) digunakan analisis kapabilitas binomial. Indeks kapabilitas yang dihasilkan untuk data pengujian kuantitatif berupa indeks Ppk, yaitu rasio yang membandingkan antara jarak ratarata proses ke batas spesifikasi terdekat (USL atau LSL) dengan sebaran data pada satu sisi (variasi 3-σ) sehingga diketahui dimana posisi sebaran data tersebut. Indeks Ppk yang diharapkan untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen yaitu minimal 1. Kemudian, indeks kapabilitas yang dihasilkan untuk data pengujian kualitatif berupa nilai Z, dimana proses dikatakan dapat memenuhi kepuasan konsumen jika nilai Z lebih besar dari 2. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data hasil pengujian kuantitas dan kualitas susu segar dari Koperasi B yang diterima di PT.Y pada bulan Januari 2019 hingga Desember 2020, atau selama 24 bulan. Parameter yang termasuk hasil pengujian kuantitatif (data variabel) yaitu kadar protein, lemak, total solid, solid non fat, berat jenis, pH, suhu, dan total plate count. Data kuantitatif tersebut diolah setiap bulannya sehingga akan diperoleh 24 indeks Ppk yang akan dirangkum dalam bentuk grafik tren pada masing-masing parameter. Kemudian, parameter yang termasuk dalam data hasil pengujian kualitatif (data atribut) yaitu uji alkohol, karbonat, peroksida, formalin, boraks, sukrosa, dan minyak nabati. Data kualitatif tersebut diolah pada setiap parameter berdasarkan jumlah total sampel (selama 24 bulan) dan jumlah defect (hasil uji positif) yang terhitung dalam 24 bulan tersebut, sehingga akan diperoleh nilai Z pada masing-masing parameter. Hasil analisis kapabilitas proses dilengkapi dengan analisis diagram fishbone untuk mengidentifikasi penyebab ketidaksesuaian mutu susu segar pada parameter yang memiliki nilai indeks Ppk dibawah 1. Pembuatan diagram fishbone dilakukan dengan mengkategorikan penyebab menjadi man (jumlah peternak, pengalaman peternak, pengalaman petugas pengujian di pos penampungan, dan petugas Quality Assurance di PT.Y); machine (peralatan pengujian dan pendingin di pos penampungan, kondisi mobil truk susu, dan mesin analisa di IPS); method (metode pemerahan, waktu pemerahan, penanganan pasca panen susu, waktu penyetoran ke koperasi, waktu penyetoran ke IPS, dan metode pengujian kualitas di IPS); material (spesies sapi, usia sapi, masa laktasi, kesehatan sapi, dan pakan ternak); sertavi environment (kondisi kandang, lokasi kandang, kebersihan kandang, kebersihan pos penampungan, kebersihan koperasi, dan kebersihan truk tanki susu). Diagram fishbone berdasarkan hasil observasi lapang, wawancara dengan pihak PT Y dan Koperasi B, serta studi literatur. Berdasarkan hasil analisis kapabilitas proses, seluruh parameter data kuantitiatif masih memiliki indeks Ppk dibawah 1. Rendahnya indeks Ppk pada parameter protein, lemak, total solid, solid non fat, laktosa, berat jenis, pH, dan suhu disebabkan oleh besarnya variasi data hasil pengujian. Besarnya variasi data menyebabkan standar deviasi menjadi tinggi sehingga indeks Ppk rendah. Hasil dari analisis diagram fishbone pada parameter tersebut menunjukkan bahwa penyebab besarnya variasi data disebabkan faktor man (pengalaman peternak dan perubahan personil QA yang melakukan pengujian susu segar di PT Y); material (kesehatan sapi, usia sapi, masa laktasi sapi, dan jenis pakan sapi); machine (kerusakan pada milkoscan); methods (waktu pemberian pakan ternak dan waktu pemerahan susu); measurement (tidak semua parameter dilakukan adjustment standar); dan environment (perubahan musim, lokasi kandang, dan kondisi kandang). Disamping itu, rendahnya indeks Ppk pada parameter TPC disebabkan tingginya kandungan TPC pada susu sapi segar dari Koperasi B, sehingga mayoritas data TPC berada diatas batas spesifikasi. Hasil dari analisis diagram fishbone menunjukkan bahwa penyebab tingginya kandungan TPC disebabkan oleh faktor man (pengalaman peternak dalam memerah susu); machine (kebersihan milkcan dan tidak tersedianya mesin pendingin di beberapa pos penampungan susu); methods (cara pemerahan susu dan waktu penyetoran susu); dan environment (perubahan musim, lokasi kandang, dan kebersihan kandang). Berdasarkan hasil analisis kapabiltas proses binomial, seluruh parameter data kualitatif sudah memiliki nilai Z di atas 2, sehingga defect yang terjadi masih dapat diterima konsumen. Namun, terdapat hasil uji positif pada pengujian kandungan karbonat (Maret 2019), kandungan peroksida (September 2020), dan kandungan antibiotik (April 2019). Terdeteksinya kandungan karbonat dan peroksida disebabkan oleh prilaku peternak yang menambahkan kedua bahan tersebut ke dalam susu sebagai pengawet, dimana KUD tidak melakukan pengujian terhadap kandungan karbonat dan peroksida. Kemudian, terdeteksinya kandungan antibiotik disebabkan alat deteksi antibiotik di KUD hanya dapat mendeteksi antibiotik jenis betalactam saja, berbeda dengan alat deteksi antibiotik di PT.Y yang dapat mendeteksi hingga jenis tetralactam