Daftar Isi:
  • Sampai saat ini penyakit tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Terapi yang efektif tergantung pada diagnosis yang cepat dan tepat dari Mycobacterium tuberculosis. Kultur tetap menjadi gold standard untuk diagnosis M. tuberculosis dan pemeriksaan BTA merupakan salah satu alat diagnosis baku yang digunakan. Respon inflamasi dari sel fagosit saat aktivasi M. tuberculosis. Pada awalnya M. tuberculosis akan direspon oleh makrofag dan sel dendritik. Kemudian akan merespon imunitas adaptif, diantaranya MHC, CD1, CD80, IL-12, IL-18, TNF-α, IL-1β. Pada tahap selanjutnya protein antigen M. tuberculosis akan dipaparkan dengan sel T spesifik antigen. Lalu terjadi ikatan antara sIgA pada saliva dengan protein antigen. Oleh karenanya, deteksi s-IgA dalam saliva dapat menunjukkan adanya infeksi M. tuberculosis yang dapat digunakan sebagai alat diagnostik infeksi tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sensitivitas dan spesifisitas protein antigen Ag38-rek dalam mendeteksi antibodi sIgA pada pasien tuberkulosis yang diharapkan dapat membuktikan hipotesis bahwa antigen Ag38-rek M. tuberculosis digunakan untuk mendeteksi antibodi s-IgA saliva pasien tuberculosis. Pada tahap awal penelitian protein antigen Ag38-rek diisolasi untuk mendapatkan antigen murni yang akan digunakan pada penelitian lebih lanjut. Pemeriksaan dot blot dilakukan untuk mengetahui konsentrasi minimum protein antigen Ag38-rek yang dapat memicu ikatan dengan sIgAdalam saliva untuk kemudian digunakan sebagai uji sensitivitas dan spesifisitas protein. Hasil akhir overekspresi Ag38 dilakukan setelah kultur diinduksi dengan 500 uM dan tidak ada beda nyata dengan induksi dengan 1 M IPTG. Pemanenan dilakukan 3 jam setelah induksi dan tidak menunjukkan beda nyata dengan induksi 12 jam. 1 L kultur akan menghasilkan massa sebanyak 2.4 gr pellet basah dan menghasilkan protein Ag38 sebanyak 7 mg/ 1 gr pellet basah. Purifikasi Ag38-rec dapat dicapai menggunakan kolom Ni-TED, menghasilkan 2mg/g wet pellet, dengan kemurnian 80-90%. Tahap selanjutnya adalah pengujian sensitivitas dan spesifisitas protein antigen Ag38-rek M. tuberculosis spesifik IgA dengan metode dot blot. Dot Blot Antigen Ag38-rek dengan berbagai konsentrasi dengan saliva pasien TB dengan berbagai konsetrasi pengenceran menunjukkan hasil positif pada semua blotting dengan tingkat kebiruan warna yang berbeda. Hasil ini dikarenakan protein Ag38-rek belum terpurifikasi dengan murni, sehingga hasil dot blot tidak spesifik. iii Antigen ini dapat membedakan antara saliva pasien TB BTA (+) dengan subjek sehat. PPD menunjukkan sensitivtitas lebih tinggi (90% dengan 95% dari Coefisien Interval [95% CI]) tetapi secara statistik tidak signifikan (p> 0,05) dibandingkan Ag38-rek (80% dengan [95% CI]). nilai Positive Predictive Value dan Negative Predictive Value (PPV dan NPV) dari kedua antigen tidak secara signifikan berbeda secara statistik (p> 0,05). reaktivitas antigen Ag38-rek cukup tinggi, sehingga menghasilkan warna ungu gelap ketika diuji dengan saliva dari pasien TB dengan BTA (+) baik sebagai suspensi saliva utuh maupun sebagai supernatant. Sensitivitas Ag38-rek cukup tinggi, meskipun ini masih lebih rendah dari PPD (80% berbanding 90%) namun kedua antigen secara signifikan berbeda pada analisis statistik (p> 0,05). Antigen 38-rek memiliki spesifisitas yang rendah (36%), yang jauh lebih rendah dari PPD (70%) (p <0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa protein antigen Ag38-rek berpotensi untuk mendeteksi antibodi sIgA saliva pasien tuberculosis. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa protein antigen Ag38-rek memiliki sensitivitas yang cukup tinggi dan spesifisitas yang rendah dalam mendeteksi antibodi sIgA saliva pasien tuberkulosis.