Hubungan Riwayat Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid, Antibiotik, dan Antikonvulsan dengan Manifestasi Klinis Erupsi Obat Berat dan Tidak Berat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Main Authors: Dwikarlina, Intan, dr. Herwinda Brahmanti, Sp.KK(K), M.Sc, dr. Aurick Yudha Nagara, Sp.EM
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187552/1/Intan%20Dwikarlina.pdf
http://repository.ub.ac.id/187552/
Daftar Isi:
  • Erupsi obat didefinisikan sebagai suatu respon abnormal tubuh yang berbahaya terhadap bahan obat atau metabolitnya dalam rentang dosis normal. Manifestasi terbanyak kasus erupsi obat terjadi pada kulit yang dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu erupsi obat berat dan erupsi obat tidak berat. Erupsi obat berat merupakan erupsi obat yang beresiko tinggi menimbulkan morbiditas persisten hingga mortalitas, seperti Steven Johnson Syndrome (SJS), Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptomps (DRESS) dan Acute Generalized Exanthematous Pustulosis (AGEP). Adapun erupsi obat tidak berat mencakup manifestasi yang meliputi urtikaria, angioedema kulit, eksantema makulopapular, dan Fixed Drug Eruption (FDE). Tiga golongan obat utama yang diduga memicu erupsi obat antara lain obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), antibiotik, dan antikonvulsan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara riwayat penggunaan obat golongan OAINS, antibiotik dan antikonvulsan dengan manifestasi klinis erupsi obat berat dan tidak berat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian memiliki desain studi cross sectional dan menggunakan data rekam medis Poli Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 2018-2020. Data dianalisa menggunakan software SPSS versi 23 dengan metode uji Chi-Square dengan taraf nilai-p 0,05. Hasil uji statistik pada 70 pasien menunjukkan tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara riwayat penggunaan masing-masing obat golongan OAINS (p = 0,617; OR = 0,603 (0,176-2,069)), antibiotik (p = 0,351; OR = 0,565 (0,217-1,471)), dan antikonvulsan (p = 0,071; OR = 3,382 (1,032-10,980)) dalam menimbulkan manifestasi klinis erupsi obat berat.