Analisis Postur Kerja Pada Workstation Assembly Dengan Metode QEC(Studi Kasus: CV. Sumber Baru Rekso, Malang)
Main Authors: | Sungkar, Muhammad Najmii Nadjib, Sugiono, ST., MT., Ph.D. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Lainnya |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/187536/1/Muhammad%20Najmii%20Nadjib%20Sungkar%20165060707111002.PDF http://repository.ub.ac.id/187536/ |
Daftar Isi:
- Perkembangan industri saat ini bergerak sangat cepat, namun banyak sekali perusahaan yang tidak memperhatikan kondisi pekerjanya saat melakukan pekerjaan. Ketidakpedulian terhadap postur kerja karyawan saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan pekerja cepat lelah dan mempengaruhi hasil pekerjaan tersebut serta memberikan gangguan kesehatan yang biasanya dirasakan dan dikeluhkankan. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal. Bahaya musculoskeletal disorder dapat disebabkan dari pekerjaan yang dilakukan atau cara yang dilakukan dalam bekerja yang mana dapat meningkatkan risiko terkena MSDs pada seorang pekerja. Salah satu yang belum menerapkan adanya lingkungan kerja yangergonomis adalah CV. Sumber Baru Rekso. Dimana banyak pekerja yang merasakan keluhan pada saat melakukan pekerjaan sehingga dilakukan penyebaran kuesioner dan interview dengan pekerja di seluruh workstation pekerja untuk mengetahui workstation mana yang paling berbahaya risikonya. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map yang telah disebar di CV. Sumber Baru Rekso menunjukkan bahwa workstation pengelasan memiliki risiko tertinggi dengan mendapatkan nilai 68. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quick Exposure Checklist (QEC). QEC merupakan suatu metode untuk penilaian terhadap risiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot di tempat kerja. Metode QEC menilai gangguan risiko yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher serta kombinasinya dengan faktor risiko durasi, repetisi, pekerjaan statis dan dinamis, dan tenaga yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil kedua metode menunjukkan bahwa perlu adanya perubahan, dimana hasil exposue level metode QEC untuk pekerja pengelasan sebesar 51,46%. Perubahan yang dilakukan adalah usulan rancangan desain meja untuk mengurangi risiko postur kerja yang berbahaya, pelatihan aspek ergonomis untuk memudahkan pekerja dalam adaptasi di lingkunganbaru, serta usulan alat pelindung diri berupa APD las untuk mengurangi risiko dari proses assembly. Estimasi exposure level metode QEC mengalami penurunan menunjukan exposure level pekerja pengelasan sebesar 46,8%. Terdapat penurunan Exposure Level QEC setelah dilakukan perbaikan.