Analisa Keruntuhan Bendungan Gembong Di Kabupaten Pati Dengan Menggunakan Program Zhong Xing HY21

Main Authors: Milleanisa, Khofifah Endar, Dr. Ir. Runi Asmaranto, ST., MT., IPM, Prof. Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT., IPU., ASEAN. Eng.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187438/1/Khofifah%20Milleanisa.pdf
http://repository.ub.ac.id/187438/
Daftar Isi:
  • Bendungan merupakan salah satu bentuk upaya untuk melakukan konservasi atau perlindungan terhadap sumber daya air. Fungsi dibangunnya bendungan sebagai penampung air, irigasi, pembangkit tenaga listrik, dan pengendali banjir. Namun di samping manfaatnya yang besar, pembangunan bendungan juga berpotensi membahayakan keselamatan masyarakat, yakni berupa keruntuhan bendungan. Penyebab utama dari keruntuhan bendungan adalah overtopping dan pipping. Keruntuhan bendungan akibat overtopping terjadi akibat inflow di waduk melebihi kapasitas waduk sehingga menyebabkan air melimpas di atas bangunan. Pipping terjadi karena erosi akibat dari rembesan pada tubuh bendungan. Ketika terjadi keruntuhan bendungan , banyaknya air yang tertampung di waduk tersebut dapat menyebabkan bencana banjir di daerah hilir, sehingga perlu dilakukan kajian analisis keruntuhan bendungan yang nantinya akan diketahui bencana serta daerah yang terkena dampak. Dalam penelitian ini, menggunakan 2 stasiun hujan yaitu Stasiun Gembong dan Gunung Rowo. Sebelum data curah hujan digunakan dalam analisis hidrologi, terlebih dahulu dilakukan pengujian konsistensi data curah hujan menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Sebelum mencari curah hujan rata-rata daerah, data ini harus diuji outlier. Kemudian dicari curah hujan rata-rata daerah dengan menggunakan metode Aritmatic. Untuk dapat menentukan besarnya curah hujan rancangan, metode yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Log Pearson III. Kemudian diuji kesesuaian distribusi dengan menggunakan 2 metode yaitu uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Square. Selanjutnya adalah menghitung debit banjir yang direncanakan menggunakan HSS Nakayasu dan HSS Gama I, setelah dilakukan perhitungan debit banjir, langkah selanjutnya adalah menghitung flood routing dengan hasil QPMF: 780,967 m3/det. Setelah dilakukan analisa perhitungan hidrologi, maka dilakukan simulasi dengan menggunakan software Zhong Xing HY21. Hasil yang diperoleh berupa peta genangan banjir, waktu tiba, waktu puncak, kedalaman, kecepatan dan elevasi banjir serta dapat menghasilkan cross section. Kondisi yang digunakan dalam software Zhong Xing HY21 adalah pipping dengan kondisi muka air banjir dan overtopping. Setelah itu terlihat bahwa runtuhnya Bendungan Gembong dengan kondisi overtopping merupakan kondisi terparah dengan luas genangan 54,682 km2. Akibat keruntuhan Bendungan Gembong, 37 desa di hilir Bendungan Gembong terkena banjir. Terdadpat 80.819 jiwa penduduk terkena risiko tersebut dan dinyatakan bahwa seluruh desa terdampak berada pada tingkat klasifikasi bahaya ke-4.