Uji Performansi Desalinator Air Laut Tenaga Surya Tipe Piramida Bak Tunggal
Main Authors: | Ardilasari, Mitafiani, Dr. Ir., Bambang Dwi Argo, DEA, Joko Prasetyo, STP, M.Si. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/186891/1/-%20Mitafiani%20Ardilasari.pdf http://repository.ub.ac.id/186891/ |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia yang membentang sepanjang garis khatulistiwa. Luasnya wilayah, ribuan pulau dan pajangnya garis pantai selain memiliki potensi juga memiliki masalahnya tersendiri. Salah satu permasalahan yang cukup serius yaitu beberapa daerah di Indonesia mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih terutama di pesisir pantai dan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni. Sehingga penerapan teknologi tepat guna untuk menghasilkan air tawar dari proses desalinasi air laut menjadi sangat dibutuhkan. Desalinasi merupakan proses pengolahan air laut untuk memisahkan garam dari larutan garam dan menghasilkan air tawar (Abdullah, 2015). Energi matahari bisa digunakan untuk desalinasi air laut dengan menghasilkan energi panas yang dibutuhkan untuk proses perubahan fase (Kalogirou, 2005). Menurut Nayi dan Modi (2018), desalinator surya tipe piramida merupakan salah satu desain desalinator yang bagian penutup atasnya berbentuk limas. Desalinator ini memiliki dua desain utama pada bentuk penutup dan bak yang tersedia pada desalinator piramida bak tunggal yaitu desalinator surya piramida segitiga dan desalinator surya piramida persegi. Kelebihan dari desalinator surya tipe piramida yaitu desalinator tidak harus ditempatkan sedemikian rupa hingga menghadap langsung ke arah matahari dan naungan dinding samping pada permukaan air lebih kecil. Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan modus pasif, yaitu proses desalinasi dilakukan secara alami tanpa melibatkan intervensi untuk mempercepat evaporasi maupun kondensasi. Proses pengamatan dilakukan dari pukul 07.00 hingga 17.00 waktu setempat. Penelitian yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari pengisian air laut ke dalam bak penampung, pengukuran suhu (C), kelembaban (%), intensitas cahaya rata-rata matahari (W/m2), volume air tawar (mL) setiap satu jam sekali. Diharapkan pada penelitian ini mendapatkan air tawar dengan volume yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan suhu air laut lebih tinggi dari suhu dinding kaca dan suhu lingkungan. Hal ini dikarenakan oleh adanya Efek Rumah Kaca. Efisiensi yang dihasilkan dari proses tersebut sebesar 40.7 %.