Uji Sensitivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Bakteri Pseudomonas fluorescens Secara In Vitro Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS dan Budianto, S.Pi., M.P.,M.Sc

Main Author: Sari, Febry Cici Fatmala
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/186634/2/Febry%20Cici%20Fatmala%20Sari.pdf
http://repository.ub.ac.id/186634/
Daftar Isi:
  • Kegiatan budidaya ikan tidak terlepas oleh permasalahan penyakit baik penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Lima belas persen dari total produksi akuakultur air tawar diperkirakan mati setiap tahun karena serangan penyakit bakterial. Penyakit bakterial yang sering menginfeksi ikan yaitu bakteri Pseudomonas fluorescens. Bakteri P. fluorescens merupakan patogen utama pada ikan air tawar dan bersifat oportunistik pada spesies ikan yang berbeda yang dibudidayakan di air laut dan air payau. Gejala klinis ikan yang terserang bakteri P. fluorescens yaitu permukaan tubuh dan sirip ikan muncul kemerahan, fungsi organ ginjal dan hati terganggu yang menyebabkan kematian pada ikan. Infeksi bakteri P. fluorescens pada ikan dalam 7 hari mengakibatkan 65-75% ikan mati. Penanggulangan penyakit yang disebabkan P. fluorescens dapat menggunakan antibiotik, namun penggunaan antibiotik dapat menimbulkan residu antibiotik, resistensi bakteri dan pencemaran perairan budidaya. Pengurangan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan cara mencari bahan alami sebagai pengganti antibiotik salah satunya daun kelor. Daun kelor mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Kandungan senyawa pada daun kelor tersebut dapat dijadikan sebagai antibakteri. Penelitian dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH), Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – April 2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas ekstrak daun kelor terhadap bakteri P. fluorescens secara in vitro . Metode penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 perlakuan, 3 ulangan dan 2 kontrol. Dosis ekstrak daun kelor yang digunakan yaitu A (35 ppm), B (70 ppm), C (105 ppm), D (140 ppm), dan E (175 ppm). Kontrol positif menggunakan antibiotik tetracycline 30 ppm dan kontrol negatif tanpa perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri P. fluorescens sensitif terhadap setiap dosis ekstrak daun kelor yang diberikan. Perlakuan dosis dengan rerata diameter zona hambat terbesar pada dosis E (175 ppm) sebesar 10,55 ± 0,06 mm sedangkan untuk rerata zona hambat terkecil pada dosis A (35 ppm) sebesar 8,37 ± 0,15 mm. Hubungan zona bening antar perlakuan ekstrak daun kelor terhadap bakteri P. fluorescens menunjukkan perpotongan garis secara linier dengan persamaan y= 7,0544 + 0,0237x dan koefisien R2 = 0,96. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak daun kelor dapat menghambat aktivitas pertumbuhan bakteri P. fluorescens dan memiliki sifat bakteriostatik. Dosis terbaik untuk menghambat pertumbuhan bakteri P. fluorescens yaitu E (175 ppm).