PENGARUH DEPTH OF CUT PADA PROSES FACE MILLING MENGGUNAKAN METODE MINIMUM QUANTITY LUBRICATION DENGAN PELUMAS MINYAK JAGUNG TERHADAP LAJU KOROSI STAINLESS STEEL AISI 316L

Main Author: Rahadian Setiawan, Yustiza
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/185323/1/YUSTIZA%20RAHADIAN%20SETIAWAN.pdf
http://repository.ub.ac.id/185323/
Daftar Isi:
  • Lingkungan pesisir pantai yang bersifat korosif akan mengakibatkan tingginya laju korosi yang akan dihasilkan oleh logam yang berada disekitarnya, salah satunya merupakan komponen dari wells turbine dari pembangkit listrik tenaga gelombang laut yaitu guide vane dimana apabila laju korosi yang dimiliki komponen tersebut tinggi maka umur penggunaan komponen tersebut menjadi lebih rendah dan rawan terjadi korosi. Salah satu cara untuk mengurangi laju korosi dapat dilakukan dengan memperhatikan parameter yang digunakan pada saat proses pembuatan komponen tersebut salah satunya yaitu proses permesinan dan spesifiknya merupakan face milling. Ada berbagai macam parameter permesinan pada proses face milling, salah satunya adalah parameter depth of cut. Dengan menggabungkan metode pelumasan minimum quantity lubrication disini penulis mencoba melakukan permesinan dengan melakukan variasi pada perubahan depth of cut atau kedalaman pemakanan dengan spesimen stainless steel AISI 316L menggunakan mesin CNC HAAS VF – 2 dengan metode minimum quantity lubrication dan memanfaatkan minyak jagung sebagai minyak nabati terbarukan yang bersifat biodegradable dan lebih ramah lingkungan apabila dibandingkan dengan cutting fluid konvensional. Proses permesinan dilakukan dengan variasi depth of cut dar nilai 0.2 mm, 0.3 mm, 0.4 mm, 0.5 mm, dan 0.6 mm yang nantinya akan menghasilkan kekasaran permukaan yang bervariasi. Tingginya kekasaran permukaan akan mengakibatkan meningkatnya nilai laju korosi yang akan dihasilkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi penggunaan nilai depth of cut maka akan semakin tinggi pula nilai kekasaran permukaan yang akan dihasilkan, dengan meningkatnya kekasaran permukaan maka luasan permukaan pada spesimen meningkat sehingga laju korosi akan ikut meningkat.