STUDI LAJU INFILTRASI MENGGUNAKAN MODEL HORTON DAN MODEL PHILIP PADA BERBAGAI TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LESTI
Main Author: | Tyas Dwi Safitri Suteja, Yanuarning |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/185289/1/Yanuarning%20Tyas%20Dwi.pdf http://repository.ub.ac.id/185289/ |
Daftar Isi:
- Pesatnya pembangunan dalam menunjang kebutuhan manusia di DAS Lesti semakin mempersempit lahan yang memungkinkan untuk infiltrasi. Air hujan yang seharusnya masuk ke tanah akan melimpas ke permukaan. Studi ini bertujuan untuk membandingkan dua model laju infiltrasi dengan menggunakan model Horton dan Model Philip pada berbagai tutupan lahan sehingga didapatkan metode yang paling sesuai yang dapat diterapkan pada DAS Lesti. Penelitian dilakukan di delapan titik lokasi yang tersebar di DAS Lesti dengan empat tutupan lahan yaitu pemukiman, vegetasi, pertanian, dan lahan terbuka dimana pada setiap lokasi pengukuran dilakukan dua kali pengukuran yang berada pada wilayah DAS Lesti Kabupaten Malang. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, Laju infiltrasi pada lahan terbuka menunjukkan nilai laju tertinggi dibandingkan laju infiltrasi pada tutupan lahan lainnya, termasuk kategori cepat karena kondisi tanahnya yang berpasir. Tanah yang berpasir merupakan tanah yang memiliki pori sehingga kemampuan tanah untuk meloloskan air akan cepat. Lahan pemukiman memiliki laju infiltrasi kedua setelah lahan terbuka, pada studi ini lahan pertanian termasuk kedalam kategori cepat karena tanahnya berpasir, hal ini disebabkan karena pada saat pembangunan rumah terjadi pengurukan tanah atau pemadatan tanah dengan sirtu sehingga tanahnya mengandung pasir dan mempercepat laju infiltrasi. Ketiga adalah lahan vegetasi, Secara teori termasuk kedalam kategori cepat tetapi pada studi ini lahan vegetasi termasuk lambat karena kondisi tanah yang berlumpur. Tanah berlumpur hampir tidak mempunyai pori sehingga tananhnya padat dan kemampuan untuk meloloskan air akan lambat. Lahan pertanian memiliki laju infiltrasi terendah dikarenakan biasanya lahan pertanian memerlukan tanah dengan sifat dapat menahan air untuk tanaman yaitu tanah lempung. Tanah lempung ini tidak memiliki pori sehingga kemampuan tanah untuk meloloskan air akan lambat. Setelah dilakukan analisis menggunakan model tersebut didapatkan hasil laju infiltrasi maksimum berada pada tutupan lahan terbuka sebesar 10 mm/menit dan minimum berada pada tutupan lahan pertanian sebesar 2 mm/menit. Laju infiltrasi maksimum pada model Horton dan model Philip juga berada pada lahan terbuka sebesar 10,038 mm/menit dan 15,125 mm/menit. Sedangkan laju infiltrasi minimum pada model Horton dan model Philip juga berada pada lahan pertanian sebesar 2,203 mm/menit dan 3,063 mm/menit. Berdasarkan nilai MAE, NSE, dan kesalahan relatif, model infiltrasi Horton lebih baik dalam memprediksi laju infiltrasi di DAS Lesti.