Analisis Perencanaan Produksi Menggunakan Agregat Disagregat Pada PT Surya Pratista Hutama (Suprama)

Main Author: Adien Pramana, Nova
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/184693/1/NOVA%20ADIEN%20PRAMANA.pdf
http://repository.ub.ac.id/184693/
Daftar Isi:
  • PT Suprama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pangan yang memproduksi mi instan maupun mi kering sejak tahun 1972. Saat ini PT Suprama telah memiliki dua pabrik besar di Indonesia yang terletak di Sidoarjo dan Demak. Dalam proses produksi terdapat masalah yang terjadi di PT Suprama yaitu naik turunnya jumlah permintaan produksi pada periode tertentu dan mengalami perbedaan yang signifikan. Sehingga perusahaan dalam melakukan penjualan produk pada periode tertentu terjadi kekurangan stok atau tidak sesuai dengan jumlah produk aktual yang diproduksi oleh perusahaan pada bulan tersebut. Dengan permasalahan yang terjadi, penelitian dapat dilakukan dengan perhitungan ulang secara matang terkait perencanaan produksi agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen secara optimal. Penyelesaian permasalahan dimulai dengan melakukan perhitungan peramalan untuk bulan Januari sampai Desember tahun 2020. Model peramalan yang digunakan adalah time series dengan metode double exponential smoothing dan winters’ method. Metode winter (a=0,6; b=0,4; g=0,1) lebih baik dibandingkan dengan metode yang lain karena memiliki nilai kesalahan terkecil yang ditunjukkan dengan nilai MAD. Setelah itu dilakukan perhitungan perencanaan agregat dengan chase strategy, level strategy, dan mix strategy untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dengan biaya yang paling optimal. Strategi pertama menggunakan chase strategy. Total pekerja yang dibutuhkan untuk BD Renteng pada bulan Januari 7 pekerja, bulan Februari, Maret, dan April 11 pekerja, bulan Mei dan Juni 12 pekerja, bulan Juli 13 pekerja, bulan Agustus dan September 10 pekerja, bulan Oktober 11 pekerja, bulan November 10 pekerja, bulan Desember 14 pekerja yang dilakukan dengan menggunakan produksi reguler dan lembur dengan biaya total produksi sebesar Rp 892.350.890,44. Pada BD Pipih juga dilakukan dengan produksi reguler dan lembur. Pada bulan pertama membutuhkan 9 pekerja, bulan kedua 13 pekerja, bulan ketiga 12 pekerja, bulan keempat 13 pekerja, bulan kelima 15 pekerja, bulan keenam 13 pekerja, bulan ketujuh 14 pekerja, bulan kedelapan 12 pekerja, bulan kesembilan 13 pekerja, bulan kesepuluh 14 pekerja, bulan kesebelas 13 pekerja dan bulan keduabelas 16 pekerja dengan biaya total produksi sebesar Rp. 990.117.775,11. Strategi kedua dilakukan menggunakan level strategy. Hasil yang didapatkan pada BD Renteng selama 12 bulan adalah produksi dilakukan secara reguler. Dimana setiap bulannya membutuhkan 13 pekerja dengan biaya total produksi sebesar Rp. 986.215.894,44. Sedangkan pada BD Pipih juga dilakukan menggunakan produksi reguler. Setiap bulannya membutuhkan 14 pekerja reguler dengan biaya total produksi sebesar Rp. 1.040.704.055,56. Strategi ketiga dilakukan menggunakan mix strategy. Hasil pada BD Renteng selama 12 bulan dilakukan dengan hanya menggunakan produksi reguler. Pada bulan Januari membutuhkan 9 pekerja, bulan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September membutuhkan 12 pekerja, bulan Oktober dan November membutuhkan 11 pekerja, bulan Desember 12 pekerja dengan biaya total produksi sebesar Rp. 851.002.805,56. Sedangkan pada BD Pipih dilakukan dengan menggunakan produksi raguler dan lembur. Dimana pada bulan Januari membutuhkan 10 pekerja, bulan Februari membutuhkan 12 pekerja, bulan Maret 13 pekerja, bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September membutuhkan 14 pekerja, bulan Oktober dan November membutuhkan 13 pekerja, bulan Desember 14 pekerja dengan biaya total produksi sebesar Rp. 979.602.345,78. Setelah itu dilakukan perbandingan tiap strategi dengan mempertimbangkan total biaya produksi yang paling kecil. Strategi dengan biaya terkecil adalah pada mix strategy. Selisih antara perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dengan perhitungan menggunakan mix strategy pada BD Renteng yaitu berkurang sebesar 13% yang artinya perusahaan dapat menghemat biaya produksi sebesar Rp. 125.001.978,88. Sedangkan pada BD Pipih berkurang sebesar 6% yang artinya perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 60.160.739,78. Kata Kunci: BD Renteng, BD Pipih, peramalan, agregat disagregat, perbandingan biaya.