Identifikasi Protein Spesifik Sebagai Biomarker Diagnosa Awal Kebuntingan Pada Urin Sapi Po Betina

Main Author: Widyaningrum, Yeni
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/183663/1/0420090004%20-%20Yeni%20Widyaningrum.pdf
http://repository.ub.ac.id/183663/
Daftar Isi:
  • Diagnosis awal kebuntingan berperan dalam mengurangi hilangnya waktu produksi pada sapi dan membantu efisiensi reproduksi, yaitu melalui biomolekul seperti steroid, prostaglandin, dan protein yang diproduksi selama kebuntingan oleh janin atau plasenta. Early Pregnancy Factor (EPF) merupakan salah satu protein yang hadir dalam maternal sapi 48 jam sampai 7 hari setelah fertilisasi. Peran penting EPF yaitu untuk implantasi dan diduga keluar dari urin sapi bunting yang dikembangkan sebagai diagnosa kebuntingan, salah satunya adalah PAG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil protein spesifik dalam urin pada sapi PO dengan umur kebuntingan berbeda dan mengetahui gambaran sitologi vagina untuk diagnosis kebuntingan dini. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Lolitsapi, peternakan rakyat Desa Nguling dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya. Penelitian ini menggunakan sampel 42 ekor induk sapi PO dengan status fisiologis estrus, bunting (hari ke-5, 16, 22, dan 60 pasca IB), dan sapi tidak bunting. Identifikasi protein dengan metode SDS-PAGE, analisis western blot (WB) pada urin untuk mengidentifikasi ekspresi protein spesifik dengan berat molekul (BM) tertentu selama proses kebuntingan. Selain itu, dilakukan ulas vagina untuk mengetahui gambaran sitology epitel vagina pada sapi PO di fase estrus sampai bunting hari ke-5, ke-16, ke-22, dan ke-60. Parameter yang diamati yaitu profil protein pada sapi PO bunting dengan umur kebuntingan yang berbeda dan persentase sel epitel vagina (sel superfisial, sel intermediet, dan sel parabasal) pada kondisi estrus sampai bunting. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teridentifikasi empat belas total pita protein yang berbeda pada sampel urin sapi bunting, namun tidak muncul di sapi estrus dan tidak bunting. Band protein yang muncul mempunyai berat molekul pada kisaran 39,9–63.0 kDa, yang dapat digunakan sebagai biomarker diagnosa kebuntingan dini pada sapi. Band protein prominen pada rentang berat molekul tersebut, yang diduga sebagai pregnancy associated glycoprotein (PAG) dan Manan binding lectin. Hasil analisis western blot antibodi anti-PAG dan anti-Lectin dapat mengenali pita protein tersebut pada umur kebuntingan hari ke-5 dan ke-16, sedangkan pada kondisi estrus dan tidak bunting tidak ditemukan. Hasil pemeriksaan swab epitel vagina menunjukkan pada sapi PO fase estrus persentase sel superfisialis 56.27±6.49%, lebih besar dibandingkan sel intermiediet 26.23±7.98%, kemudian sel parabasal 17.50±4.73%. Sedangkan pada sapi PO yang sedang bunting hari ke-5 didominasi sel epitel intermediet 56.60±0.89%, meningkat terus pada hari ke-22 77.19±5.25% sampai hari ke-60 yaitu 80.43±1.31%. Sedangkan dari hasil pengamatan sel superfisial yaitu kebuntingan hari ke-5 (41.78±0.90%), ke-16 (42.62±0.82%), ke-22 (22.11±4.95%), dan ke-60 (18.09±1.30%). Pada sel parabasal 2 berturut-turut dari hari ke-5 sampai ke-60 yaitu 1.62±0.31%; 0.72±0.69%; 0.70±0.68%; dan 1.48±0.04%. Kondisi tersebut dapat digunakan sebagai tanda bahwa selama proses kebuntingan ditemukan banyak sel intermediet. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diagnosis kebuntingan dapat dilakukan dengan mengetahui protein spesifik dengan berat molekul 39-9 sampai 63,0 kDa dan bersifat imunogenik serta perubahan sel epitel vagina yang diekspresikan pada umur kebuntingan yang berbeda. Hal tersebut diduga terdapat keterlibatan selama fase kebuntingan seperti implantasi, pembentukan, dan pemeliharaan fetus sehingga dapat digunakan sebagai kandidat biomarker dalam diagnosis awal kebuntingan