Sex Ratio Hasil Inseminasi Buatan Semen Sexing Pada Sapi Persilangan Limousin
Main Author: | Samudro, Lionandro Ridho |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/182702/ |
Daftar Isi:
- Inseminasi Buatan menggunakan semen beku sexing bertujuan untuk pengaturan jenis kelamin. Peternak sapi potong umumnya mengharapkan pedet yang dilahirkan berjenis kelamin jantan untuk dijual sebagai sapi bakalan. Dengan menggunakan semen beku sexing Y peternak bisa menentukan kelahiran jenis kelamin pedet sesuai yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Sex Ratio pedet hasil IB semen sexing, sehingga kita bisa memperkirakan nilai ketepatan jenis kelamin hasil IB semen beku sexing dengan proporsi spermatozoa dalam semen sexing. Semen sexing yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil dari metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP). Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi inseminator maupun peternak dalam melakukan IB menggunakan semen sexing ( spermatozoa Y) untuk mendapatkan pedet jantan. Materi penelitian ini adalah 24 ekor sapi persilangan Limousin yang di IB menggunakan semen beku sexing dan 32 ekor sapi persilangan Limousin yang IB menggunakan semen non sexing. Materi penelitian sapi yang berasal dari peternak pada 6 desa di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan analisis data sekunder keberhasilan IB semen sexing penelitian tahun sebelumnya dan observasi secara langsung terhadap jenis kelamin pedet dari sapi yang sudah di IB dengan semen sexing. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pedet jantan dari hasil inseminasi buatan menggunakan semen sexing. Sapi yang dijadikan materi penelitian mempunyai nilai BCS 4-5. Proses IB diawali dengan handling untuk mengendalikan dan memberi rasa nyaman pada ternak kemudian, straw beku di thawing dengan air hangat suhu 370C selama 15 detik, setelah semen mencair kemudian dilakukan IB untuk memasukkan semen ke dalam saluran reproduksi sapi akseptor. IB pada penelitian ini menggunakan metode dobel dosis, yaitu IB 2x dengan selang waktu 6-12 jam antara IB ke 1 dan IB ke 2. Penelitian ini juga menggunakan IB Posisi 4+, sehingga memungkinkan spermatozoa Y yang mempunyai kecepatan lebih tinggi mendapat peluang besar untuk sampai di lebih dulu di saluran fertilisasi dan bertemu ovum. Setelah proses IB sapi di suntik multivitamin dan bio ATP dengan dosis 10cc, dan diberi konsetrat seberat 9 kg untuk persediaan selama 3 hari. Tujuannya adalah memberi tambahan nutrisi bagi sapi dan menurunkan tingkat kematian embrio. Variabel yang diamati meliputi persentase jenis kelamin pedet jantan, proporsi spermatozoa dalam semen sexing dan ketepatan jenis kelamin pedet hasil IB semen sexing. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan excell dilanjutkan dengan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sex ratio jenis kelamin pedet jantan dan betina menggunakan IB semen sexing menunjukkan perbandingan 1 : 1 atau 50% jantan dan 50% betina. Sedangkan pada IB menggunakan semen non sexing mempunyai sex ratio jantan dan betina sebesar 61,15 : 38,85. Berdasarkan hasil analisis Chi Square nilai ketepatan jenis kelamin ditemukan tidak terdapat perbedaan nyata antara proporsi jantan dan betina pada IB semen sexing Y (P>0.05). Hal ini dikarenakan beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah nilai proporsi spermatozoa tidak sesuai dengan literatur yang menjadi acuan, dan kualitas spermatozoa yang rendah. Analisis data menggunakan chi square menunjukkan perbedaan sangat nyata antara proporsi spermatozoa dalam penelitian ini dengan proporsi yang diharapkan (P<0.01). Kesimpulan pada penelitian ini adalah sex ratio hasil IB semen sexing Y mempunyai perbandingan yang sama antara kelahiran pedet jantan dan pedet betina yaitu 1 : 1. IB semen sexing mempunyai persentase jantan dan betina 50% : 50% sedangkan IB semen non sexing mempunyai persentase jantan dan betina 61,15% : 38,85%. Jumlah proporsi spermatozoa yang berbeda sangat nyata dengan angka harapan (P<0.01) dan kualitas semen (motilitas dan TSM) yang menurun diduga menjadi faktor utama menurunnya angka kelahiran pedet jantan pada sex ratio IB semen sexing Y. Maka diperlukan lagi penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan metode sexing SGDP untuk menghasilkan proporsi spermatozoa yang sesuai SNI.