Studi Perbandingan Pelarut Ekstrak Biji Alpukat Terhadap Hama Plutella xylostella

Main Author: Maharani, Destiana
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/182368/
Daftar Isi:
  • Plutella xylostella menjadi salah satu hama utama pada pertanaman kubis. Di Indonesia kehilangan hasil panen dapat mencapai 100% akibat serangan P. xylostella. Ekstrak biji alpukat (EBA) adalah salah satu pestisida nabati yang dapat mengendalikan populasi P. xylostella. Pelarut menjadi salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dari metode ekstraksi, sehingga diperlukan pemilihan yang selektif untuk mendapatkan senyawa yang terkandung dalam biji alpukat. EBA merupakan salah satu ekstrak yang dapat mematikan larva P. xylostella. Ekstrak ini juga dapat menurunkan kemampuan serangga dalam menyerap makanan. Pemilihan biji alpukat dimaksudkan untuk mengurangi limbah dari konsumsi masyarakat yang hanya mengonsumsi daging buah alpukat. Kemudian perlu ditemukan pelarut yang memiliki nilai mortalitas dan penurunan aktivitas makan P. xylostella tertinggi yang diperlakukan dengan EBA. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh EBA dengan pelarut metanol, etanol dan kloroform terhadap mortalitas dan penurunan aktivitas makan larva P. xylostella. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2020 di Laboratorium Toksikologi Pestisida, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Pelarut yang diujikan sebanyak tiga jenis yaitu metanol, etanol dan kloroform dengan empat level konsentrasi yaitu 10.000, 20.000, 30.000, 40.000 ppm dan satu kontrol. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 13 perlakuan dan tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 39 unit percobaan. Biji alpukat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan perbandingan 1:5 antara serbuk biji dan pelarut. Setelah itu, serbuk biji dan pelarut dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer dan didiamkan pada orbital shaker selama 24 jam. Kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat dan diekstrak menggunakan rotary vacuum evaporator selama dua jam. Hasil ekstrak digunakan sebagai perlakuan. Serangga berupa larva P. xylostella didapatkan dari lahan budidaya tanaman kubis dan diperbanyak dalam stoples dan diberi makan daun kubis saat larva, sementara saat imago diberi makan larutan madu 20%. Pengujian pada P. xylostella dilakukan dengan metode pencelupan daun (leaf dipping methods). Larva yang digunakan adalah larva instar III dan setiap stoples diinvestasti dengan 10 individu larva pada masing-masing perlakuan, sehingga dibutuhkan 390 individu larva. Pada stoples dimasukkan daun kubis yang sudah ditimbang berukuran 5×5 cm dan sudah dicelup masing-masing perlakuan kemudian stoples ditutup dengan kain kasa. Setelah itu dilakukan pengamatan dengan interval 24, 48 dan 72 jam setelah aplikasi. Pada setiap pengamatan, daun kubis yang telah dimakan ditimbang kemudian diganti dengan daun kubis baru yang sudah ditimbang. Variabel yang diamati adalah mortalitas dan aktivitas penurunan makan larva P. xylostella. P. xylostella dianggap mati apabila tidak menunjukkan pergerakan saat disentuh menggunakan kuas. Mortalitas larva dihitung menggunakan rumus jumlah larva yang mati dibagi dengan jumlah larva yang diinvestasi kemudian dikalikan 100%. Pengujian penurunan aktivitas makan diamati melalui penurunan bobot pakan yang dimakan larva. Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot pakan setiap perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pada larva. Persentase penurunan aktivitas makan larva dihitung menggunakan rumus satu dikurangi berat daun yang dimakan serangga pada perlakuan dibagi dengan berat daun yang dimakan serangga pada kontrol kemudian dikalikan 100%. Data dianalisis menggunakan SPSS Statistics Versi 26 dan analisis sidik ragam dengan SPSS Statistics Versi 26 pada tarah signifikan (α) 0,05. Apabila dalam analisis sidik ragam perlakuan berbeda nyata, kemudian dilakukan menggunakan uji lanjutan Duncan multiple range test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EBA dengan tiga pelarut berpengaruh pada mortalitas dan penurunan aktivitas makan larva. Mortalitas P. xylostella yang diperlakukan EBA dengan pelarut metanol 40.000 ppm adalah tertinggi yaitu 96,67%, sedangkan EBA dengan pelarut kloroform 10.000 ppm adalah terendah yaitu 10,00%. Secara morfologi, larva yang mati akibat aplikasi EBA tubuhnya menjadi mengerut dan berwarna cokelat kehitaman. Nilai LC50 EBA dengan pelarut metanol, etanol dan kloroform berturut-turut adalah 16.671,93, 22.855,69, dan 49.985,67 ppm. Kemudian nilai LT50 EBA dengan pelarut metanol dan etanol dari perhitungan interpolasi adalah 62,03dan 58,88 jam, sedangkan EBA dengan pelarut kloroform belum ditemukan nilai LT50 dari perhitungan interpolasi. Penurunan aktivitas makan larva P. xylostella yang diperlakukan EBA dengan pelarut metanol tergolong dalam kelas III atau kuat, kemudian etanol dan kloroform tergolong dalam kelas I atau lemah.