Pengaruh Kondisi Habitat Perkebunan Kakao Dan Kelimpahan Semut Predator Terhadap Intensitas Serangan Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae)
Main Author: | Bachtiar, Muhamad Ari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/182341/ |
Daftar Isi:
- Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting dalam menujang perekonomian Indonesia. Akan tetapi produksi kakao di Indonesia terus mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Produksi biji kakao mengalami penurunan drastis dari 557.596 ton pada tahun 2010 menjadi 440.000 ton pada tahun 2011. Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) merupakan hama penting tanaman kakao yang dapat menyebakan penurunan produksi hingga 60%. Pengendalian yang sering diterapkan dilapang adalah penggunaan pestisida kimia, padahal cara pengendalian tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Pengendalian hama dengan memanfaatkan serangga predator merupakan suatu alternatif strategi pengendalian untuk menggantikan peran pestisida kimia. Akan tetapi keanekaragaman predator baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan sangat tergantung pada kondisi habitat sekitar. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi habitat perkebunan kakao dan kelimpahan semut predator terhadap intensitas serangan Helopeltis sp. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret 2020 pada 12 perkebunan kakao di Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam survei lapang adalah metode snowball sampling dan metode expert judgement sampling dengan kriteria yaitu memiliki lebih dari 100 tanaman, umur tanaman 3-10 tahun, dan jarak antar lokasi perkebunan lebih dari 2 km. Setiap lokasi penelitian ditentukan plot pengamatan berupa 10 pohon x 10 pohon (sekitar 1200 m2). Letak plot berjarak minimal satu tanaman dari tepi lahan. Pengamatan serangan Helopeltis dilakukan di setiap plot dengan mengamati gejala pada buah kakao setiap bulan selama 3 bulan pengamatan. Kelimpahan semut predator diperoleh dengan metode umpan dan mengambil secara langsung pada 100 pohon. Pengumpulan data pendukung didapat melalui wawancara langsung pada pemilik lahan. Kondisi habitat yang diamati yaitu umur tanaman, tutupan kanopi, suhu, kelembaban, varietas kakao, penggunaan pestisida dan keanekaragaman vegetasi. Perbedaan intensitas serangan antar lokasi penelitian dan kondisi habitat berbeda dianalisis menggunakan analisis ragam. Hubungan kondisi habitat meliputi perbedaan umur, persentase kanopi, keanekaragaman vegetasi, dan kelimpahan semut predator terhadap intensitas serangan dianalisis menggunakan analisis regresi. Analisis korelasi juga digunakan untuk melihat hubungan tutupan kanopi dengan suhu dan kelembaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan Helopeltis sp. pada 12 perkebunan kakao berkisar 12,37% - 42,2% per plot (103,08% - 351,67% per ha). Intensitas serangan tertinggi terdapat di Sukodono (351,67% per ha), sedangkan intensitas serangan terendah terdapat di Krenceng (103,08% per ha) . Kondisi habitat berupa umur tanaman, persentase tutupan kanopi, varietas kakao, penggunaan pestisida dan keanekaragaman vegetasi tidak berpengaruh terhadap intensitas serangan Helopeltis sp. Terdapat empat spesies semut predator yang ditemukan pada penelitian ini yakni Dolichoderus thoracicus, Technomyrmex albipes, Oecophylla smaragdina, dan Anoplolepis gracilipes, akan tetapi kelimpahan empat spesies predator tersebut tidak menunjukkan hubungan terhadap intensitas serangan Helopeltis sp. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan lokasi mempengaruhi intensitas serangan Helopeltis sp., sedangkan perbedaan umur tanaman, persentase kanopi, varietas kakao, penggunaan pestisida keanekaragaman vegetasi dan kelimpahan semut predator tidak mempengaruhi intensitas serangan Helopeltis sp.