Penggunaan Sepiolite Dan Tepung Tomat Pada Pakan Dengan Jagung Terkontaminasi Aflatoksin Terhadap Profil Serum Darah Ayam Pedaging
Main Author: | Nusantara, Kemilau Bunga |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/182329/ |
Daftar Isi:
- Ayam pedaging merupakan ayam yang dipelihara untuk dimanfaatkan dagingnya. Sumber energi pada pakan ayam pedaging adalah jagung. Jagung menyumbang lebih dari separuh energi bagi ayam sehingga menunjang kesehatan dan keaktifan ayam. Jagung yang dipanen di daerah tropis khususnya Indonesia rentan tercemar oleh aflatoksin. Aflatoksin merupakan senyawa beracun hasil metabolisme sekunder dari Aspergillus flavus dan Aspergillus prasiticus. Aflatoksin dapat memberikan efek yang buruk bagi ayam, diantaranya adalah menurunkan produktivitas dan menimbulkan kerusakan hati. Pencegahan kontaminasi afltoksin dapat dilakukan dengan pemberian sepiolite sebagai toksin pengikat racun. Cara kerja sepiolite yaitu mengikat aflatoksin supaya tidak ikut tercerna di dalam usus sehingga aflatoksin hanya melewati organ pencernaan. Kelebihan sepiolite diantaranya luas penampang besar sehingga kapasitas ikatannya lebih tinggi, tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya, mudah didapat, dan harga terjangkau. Penambahan tepung tomat pada pakan merupakan sumber antioksidan karena tomat mengandung likopen. Antioksidan merupakan molekul yang dapat menangkal radikal bebas dari jagung yang terkontaminasi aflatoksin, sehingga antioksidan dapat melindungi organ hepar dan ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan sepiolite sebagai pengikat aflatoksin dan tepung tomat sebagai antioksidan dalam pakan jagung yang terkontaminasi aflatoksin terhadap kadar kreatinin, glukosa dan Blood Urea Nitrogen (BUN) dalam serum darah ayam pedaging. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Materi yang digunakan yakni 112 ekor day old chick (DOC) ayam pedaging unsexed strain Lohmann, diperlihara selama 43 hari. Kandang yang digunakan adalah kandang litter dengan alas sekam padi. Metode yang digunakan adalah percobaan in vivo dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing 7 ekor ayam, apabila terdapat pengaruh yang nyata maka diteruskan dengan uji jarak berganda Duncan. Perlakuan yang diberikan meliputi P0 (kontrol positif), P1 (kontrol negatif), P2 (kontrol negatif + sepiolite 0,25%), dan P3 (kontrol negatif + sepiolite 0,25% + tepung tomat 1,5 %). Variabel yang diamati meliputi kadar kreatinin, glukosa, dan BUN darah pada ayam pedaging. Hasil dari pengamatan dihitung pada microsoft excel kemudian dianalisa menggunakan one way analysis of variance (ANOVA). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil rataan kadar kreatinin dari nilai paling rendah sampai paling tinggi berturut-turut yakni P0 (0,425±0,05) mg/dL, P1 (0,4±0) mg/dL, P2 (0,4±0) mg/dL, P3 (0,4±0) mg/dL, hasil rataan kadar glukosa dari yang terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah P1 (386,75±83,18) mg/dL, P3 (358,50±62,42) mg/dL, P0 (346,25±60,45) mg/dL, dan P2 (302,25±56,12) mg/dL, dan rataan hasil kadar BUN dari yang terkecil hingga yang terbesar berturut-turut adalah P2 (3,73±0,90) mg/dL, P3 (4,25±0,73) mg/dL, P1 (4,33±0,72) mg/dL, dan P0 (4,93±0,50) mg/dL. Hasil ini masuk pada kisaran normal kadar kreatinin, glukosa, dan BUN darah ayam pedaging. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan sepiolite 0,25% dan tepung tomat 1,5% pada pakan dengan jagung terkontaminasi aflatoksin 102,5 ppb tidak mengubah profil serum darah ayam pedaging. Saran pada penelitian ini yaitu melakukan penelitian lebih lanjut dengan kadar aflatoksin yang lebih tinggi sehingga dapat diketahui pengaruh pada status fisiologi ayam pedaging.