Hibridisasi Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Dengan Perlakuan Waktu Penyerbukan Dan Proporsi Bunga Pada Dua Populasi Dengan Frekuensi Penyiraman Berbeda

Main Author: Fajriyah, Iffah Nailul
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/182317/
Daftar Isi:
  • Melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman semusim yang digemari oleh masyarakat, sehingga menjadi prospek yang menjanjikan bagi kalangan petani. Produksi buah melon di Indonesia pada 2015–2018 mengalami fluktuasi, sedangkan konsumsi per kapita terus meningkat. Sehingga pasokan buah melon diupayakan senantiasa tersedia. Ketersediaan buah melon berkaitan dengan ketersediaan benih, sebanyak 97% benih melon didapatkan secara impor per 2009. Upaya menekan ketergantungan impor benih melon diusahakan melalui hibridisasi buatan. Akan tetapi, keberhasilan penyerbukan tanaman melon masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh teknik hibridisasi yang kurang tepat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penerapan metode polinasi buatan dengan perlakuan waktu penyerbukan dan penggunaan proporsi bunga betina dan bunga jantan yang sesuai dapat meminimalisasi kegagalan penyerbukan. Penelitian tersebut telah dilakukan pada kondisi penyiraman normal, akan tetapi belum diketahui metode hibridisasi yang terbaik apabila tanaman melon berada pada kondisi tercekam kekeringan. Adanya perbedaan respon perkembangan tananaman pada perbedaan frekuensi penyiraman diduga akan menunjukkan respon keberhasilan penyerbukan yang berbeda juga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan keberhasilan penyerbukan dan mengetahui perbedaan karakter hasil pada beberapa set hibridisasi tanaman melon pada dua populasi dengan frekuensi penyiraman berbeda. Hipotesis penelitian ini adalah diduga terdapat perbedaan keberhasilan penyerbukan dan diduga terdapat perbedaan beberapa karakter hasil pada tanaman melon pada dua populasi dengan frekuensi penyiraman berbeda. Penelitian dilaksanakan di green house Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kelurahan Jatimulyo, Kota Malang pada Januari–April 2020. Bahan yang digunakan adalah benih melon varietas Melindo (ME), Madesta (MD), dan Glamour (GL), tali ajir, tali rafia, polybag ukuran 40×20 cm, media tanam yang meliputi tanah dan pupuk kandang, pupuk anorganik (NPK dan KNO3), pestisida, kertas sungkup, benang, kapas, alkohol 70%, serta kertas label. Alat yang digunakan antara lain gembor, silet, pinset, nampan plastik, knapsack sprayer, papan nama, penggaris, timbangan digital, refractometer brix, jangka sorong, alat tulis, dan kamera. Hibridisasi dilakukan pada 3 set persilangan, yaitu ♀ME×♂ME, ♀ME×♂MD, ♀ME×♂GL, dan ME selfing. Metode observasi pada penelitian ini adalah single plant. Faktor yang digunakan adalah waktu penyerbukan (W) dan proporsi bunga (P). Faktor W terdiri dari 3 level, yaitu W1=06.00–07.00 WIB, W2=08.00–09.00 WIB, dan W3=10.00–11.00 WIB. Faktor P terdiri dari 3 level, yaitu P1=1♀:1♂, P2=2♀:1♂, dan P3=3♀:1♂. Penyerbukan dilakukan pada 2 populasi berdasarkan frekuensi penyiraman yang berbeda, yaitu penyiraman 2 hari sekali atau kondisi normal (kondisi N) dan penyiraman 6 hari sekali atau cekaman kekeringan (kondisi C). Variabel yang diamati yaitu persentase keberhasilan penyerbukan dan karakter hasil (berat buah, diameter buah, panjang buah, ketebalan daging buah, dan kadar gula dalam buah). Data pengamatan keberhasilan penyerbukan dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U (uji-u) dan karakter hasil dianalisis menggunakan uji-t tidak berpasangan pada taraf 5%. Rata-rata persentase keberhasilan penyerbukan antar perlakuan yang tertinggi terdapat pada kondisi N unit perlakuan W1P1, W1P2, W2P3, W3P2, dan W3P3 sebesar 100%, sementara itu pada kondisi C unit perlakuan W1P1 dan W2P1 menghasilkan keberhasilan penyerbukan tertinggi sebesar 75%. Keberhasilan penyerbukan yang lebih rendah pada kondisi cekaman kekeringan dapat diakibatkan oleh penurunan kuantitas dan kualitas serbuk sari, kegagalan inisiasi bunga, dan peningkatan aborsi bunga betina. Hasil pengamatan bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan dagung buah, dan tingkat kemanisan buah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hasil uji-t pada rata-rata karakter hasil pada kondisi N maupun kondisi C menunjukkan bahwa set persilangan Melindo×Madesta memiliki rata-rata karakter hasil tertinggi. Sedangkan tingkat kemanisan buah pada kondisi N maupun kondisi C menunjukkan set persilangan Melindo×Melindo memiliki rata-rata kemanisan tertinggi.