Pengaruh Kondisi Habitat Perkebunan Kakao Dan Kelimpahan Semut Predator Terhadap Intensitas Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella (Snellen))

Main Author: Rafid, Emha Dwi Rifqi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/182313/
Daftar Isi:
  • Komoditas perkebunan penting dalam perekonomian di Indonesia adalah komoditas kakao (Theobroma cacao L.). Sejak tahun 1980 luas areal lahan kakao terus mengalami peningkatan. Luas areal pertanaman kakao di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 1,66 juta hektar. Akan tetapi peningkatan luas areal lahan kakao tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas kakao. Sejak tahun 2006 produktivitas kakao di Indonesia berfluktuatif dan cenderung menurun. Produktivitas kakao di Indonesia pada tahun 2014-2018 mengalami penurunan sebesar 19,65% yaitu 143,16 ribu ton dari 728,4 ribu ton. Penurunan produktivitas kakao disebabkan dari berbagai macam faktor diantaranya perubahan kondisi lahan, umur tanaman, serangan hama dan penyakit. Salah satu hama penting pada tanaman kakao adalah penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella (Snellen). Di Indonesia presentase serangan PBK dilaporkan dapat mencapai 90%. Pengendalian PBK yang dilakukan para petani dilapang yaitu menggunakan pengendalian secara konvensional dengan penggunaan pestisida kimia intensif sehingga menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan dan juga matinya musuh alami. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk pengendalian PBK melalui pengelolaan agroekosistem kakao yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi habitat perkebunan kakao dan kelimpahan semut predator terhadap intensitas serangan PBK. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari–Maret 2020 pada 12 perkebunan kakao di lima kabupaten di Jawa Timur. Penentuan lokasi menggunakan metode expert judgement sampling dan snowball sampling dengan kriteria umur tanaman 3–10 tahun, jarak antar lokasi minimal 2 km, dan memiliki lebih dari 100 tanaman. Setiap lokasi ditentukan plot pengamatan berukuran 10 pohon x 10 pohon (berkisar 1200 m2) dengan letak tiap plot berjarak minimal 1 pohon dari tepi lahan. Di setiap plot, pengamatan gejala serangan PBK dilakukan setiap bulan selama tiga bulan dengan mengamati gejala serangan PBK pada buah. Pengamatan semut predator dilakukan dengan mengambil secara langsung pada 100 tanaman. Kondisi habitat yang digunakan sebagai faktor yaitu umur tanaman, kerapatan tutupan kanopi, vegetasi, suhu, dan kelembaban. Pengaruh perbedaan lokasi, umur tanaman, tutupan kanopi dengan intensitas serangan PBK dianalisis menggunakan analisis ragam. Hubungan umur tanaman, keanekaragaman vegetasi dan kelimpahan predator dengan intensitas serangan PBK dianalisis menggunakan analisis regresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kondisi habitat perkebunan kakao dan kelimpahan semut predator terhadap intensitas serangan PBK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan PBK berdasarkan buah yang terserang berkisar 0,01% - 0,12% per plot (0,06% - 1,01% per ha) dan berdasarkan pohon berkisar 1% - 48% per plot (0,12% - 5,76% per ha). Intensitas serangan PBK tertinggi didapatkan pada lokasi perkebunan kakao di Sukodono dan terendah pada lokasi perkebunan kakao di AFD Babadan. Kondisi habitat yang mempengaruhi intensitas serangan PBK yaitu umur tanaman, kerapatan tutupan kanopi, dan sanitasi, sedangkan varietas, aplikasi pestisida dan keanekaragaman vegetasi tidak mempengaruhi intensitas serangan PBK. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada umur tanaman muda, kerapatan tutupan kanopi yang sedang dan rapat, serta tanpa sanitasi dan tanpa aplikasi pestisida memiliki intensitas serangan PBK yang lebih tinggi. Hasil analisis regresi, umur tanaman berkorelasi negatif dengan intensitas serangan PBK yaitu semakin tua umur tanaman semakin rendah intensitas serangan PBK, sedangkan keanekaragaman vegetasi tidak berkorelasi dengan intensitas serangan PBK. Terdapat empat jenis semut predator yang ditemukan pada 12 perkebunan kakao yaitu Dolichoderus thoracicus, Technomyrmex albipes, Anoplolepis gracilipes, dan Oecophylla smaragdina. Kelimpahan semut predator khususnya O. smaragdina mempengaruhi intensitas serangan PBK. Kelimpahan semut predator O. smaragdina berkorelasi negatif dengan intensitas serangan PBK yaitu semakin tinggi kelimpahan O. smaragdina maka semakin rendah intensitas serangan PBK, sedangkan semut lainnya tidak berkorelasi dengan intensitas serangan PBK. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umur tanaman, kerapatan tutupan kanopi, sanitasi, dan kelimpahan O. smaragdina mempengaruhi intensitas serangan PBK.