Review Status Kerusakan Jaringan Mata Kerapu Tikus (C Altivelis) Yang Terinfeksi VNN Dengan Uji In Vivo Pemberian Protein Rekombinan Chlorella Vulgaris
Main Author: | Rifaldi, Arif |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/182192/1/LAPORAN%20SKRIPSI_Arif%20Rifaldi_165080100111007.%20-%20ARIF%20RIFALDI%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/182192/ |
Daftar Isi:
- Ikan kerapu tikus (C. altivelis) merupakan sumberdaya ikan laut unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, namun sangat rentan terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini menyebabkan ikan mudah mengalami stres hingga terinfeksi virus Viral Nervous Necrosis (VNN). VNN merupakan suatu penyakit neuropatologis menular yang mempengaruhi > 50 spesies ikan di seluruh dunia. VNN akan menyerang bagian organ saraf seperti mata yang dapat menyebabkan kerusakan sel/jaringan, bahkan kematian. Gejala yang ditimbulkan ikan yang terinfeksi VNN adalah ikan berenang secara abnormal, gerakan lemah dan mata menonjol keluar. Saat ini belum banyak yang melakukan pembuatan vaksin berbahan alami seperti, mikroalga laut Chlorella vulgaris. C. vulgaris merupakan ganggang hijau bersel tunggal dengan diameter berukuran 3-8 μm. C. vulgaris mengandung banyak senyawa bioaktif seperti, protein, vitamin, mineral, karbohidrat, lemak, klorofil dan beta-karoten. C. vulgaris juga mengandung protein lain yaitu Figmen Pigmen Protein (FPP) yang didalamnya terkandung pula Peridinin Chlorophyll Protein (PCP). PCP mampu meningkatkan sistem kekebalan pada tubuh ikan sehingga dapat menekan peradangan pada saat infeksi virus VNN terjadi. Untuk dapat menghasilkan protein dalam jumlah besar, perlu adanya penggunakan bakteri sebagai media perbanyakan dengan menggunakan teknologi rekombinan. Tujuan yang ingin dicapai dari Review artikel ini adalah untuk membandingkan pengaruh pemberian protein rekombinan C. vulgaris secara in vivo terhadap status kerusakan jaringan mata ikan kerapu tikus yang terinfeksi VNN dengan vaksin alami lainnya. Metode yang digunakan dalam review artikel ini adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh didapatkan dari studi literatur, jurnal ilmiah, artikel ilmiah dan buku yang memiliki keterkaitan dengan topik review artikel. Metode yang digunakan dalam analisis status kerusakan jaringan adalah dengan pengamatan histopatologi. Pada jurnal acuan, disebutkan bahwa pengamatan dilakukan pada perlakuan A (ikan kontrol), perlakuan B (Ikan + protein rekombinan), perlakuan C (Ikan + protein rekombinan + VNN) dan perlakuan D (Ikan + VNN) (Yanuhar, 2015). Selain itu perlakuan juga dapat dilakukan dengan membedakan dosis protein rekombinan yang diberikan, seperti pada perlakuan K (ikan kontrol), perlakuan A (Ikan+250 mg/kg pakan), B (300 mg/kg), C (350 mg/kg) dan D (400 mg/kg) (Rani et al., 2019). Teknik pembuatan protein rekombinan C. vulgaris meliputi kultur C. vulgaris, isolasi RNA, Pengukuran kadar protein dengan NanoDrop, analisis PCR, transformasi gen dan finalisasi menggunakan teknologi rekombinan. Pengujian VNN dengan menggunakan metode RT-PCR ditunjukkan dengan adanya pita 294 bp (Khumaidi et al., 2019)/ 327 bp (Mu et al.,2013)/ 220 dan 460 bp (Muida et al., 2010), yang menandakan adanya infeksi dari betanodavirus. Kerusakan jaringan mata C. altivelis yang tampak pada pengamatan histopatologi paling banyak ditemukan yaitu vakuola. Pada pemberian ekstrak C. vulgaris yang dilakukan Yanuhar, et al. (2019), sebagai acuan dibandingkan dengan 4 jenis perlakuan pemberian ekstrak lain yaitu, pemberian ekstrak daun jambu biji (Amelia dan Prayitno, 2012), jintan hitam (Sari et al., 2014), Spirulina sp.(Irawanto et al., 2018) dan Dunaliella saliva (Rani et al., 2019). Hasil yang diperoleh pada review artikel ini yaitu pemberian ekstrak C. vulgaris menunjukkan adanya pengurangan kerusakan inflamasi jaringan pada mata, dengan nilai DAB ekspresi HSP70 hasil immunoratio sebesar 79,8%. Pada ketiga pemberian ekstrak lain seperti Jintan hitam, Spirulina sp, D. saliva juga menunjukkan adanya pengurangan kerusakan jaringan mata ikan. Namun, tidak pada pemberian ekstrak daun jambu biji yang menunjukkan kerusakan jaringan yang masih banyak dan tidak efektif dalam mengurangi kerusakan jaringan yang terinfeksi VNN. Dapat disimpulkan, bahwa pemberian ekstrak C. vulgaris terbukti mampu mengurangi kerusakan jaringan paling baik. Saran yang dapat diberikan dalam review artikel ini yaitu penggunaan protein rekombinan C. vulgaris dapat diaplikasikan pada masyarakat khususnya pembudidaya dalam memerangi virus VNN.