Karakteristik Semen Segar dan Semen Beku Sapi Aceh pada Umur Berbeda
Main Author: | Reksadinata, Ervin Kusuma Dewi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/182112/ |
Daftar Isi:
- Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknologi reproduksi yang dilakukan untuk mempercepat peningkatan populasi ternak sapi secara efektif dan efisien. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah kualitas semen yang digunakan. Semen yang diproses menjadi semen beku di BIB Lembang adalah semen yang memiliki kualitas baik dan berasal dari pejantan unggul. Pejantan unggul adalah pejantan yang memiliki performa tubuh dan reproduksi yang baik. Salah satu faktor yang menentukan kualitas semen adalah umur ternak. Umur erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi pada ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur pejantan terhadap karakteristik semen sapi Aceh dan untuk mengetahui umur sapi Aceh yang menghasilkan semen berkualitas terbaik dan layak digunakan untuk IB. Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada pihak yang bertugas dan pembaca umum terkait informasi mengenai karakteristik semen segar dan semen beku sapi Aceh pada umur yang berbeda. Sehingga dapat menghasilkan semen dengan kualitas terbaik yang memenuhi syarat untuk dibekukan dan dapat digunakan untuk inseminasi buatan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari data penampungan semen 3 ekor sapi Aceh yang ditampung semennya dalam kurun waktu 5 tahun yaitu pada umur 6, 7, 8, 9 dan 10 tahun di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung, Jawa Barat pada tanggal 28 Oktober sampai 10 November 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari catatan produksi semen dan kualitas semen segar sapi Aceh. Variabel yang diamati yaitu volume semen, warna, pH, konsistensi, motilitas massa, motilitas individu, konsentrasi, motilitas before freezing, recovery rate, post thawing motility, dan total produksi straw. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis Kruskal Wallis. Hasil penelitian menujukkan bahwa umur berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap volume semen sapi Aceh. Volume paling tinggi didapat pada umur 7 tahun sebesar 6,19 ± 1,75 ml dan volume paling rendah didapat pada umur 10 tahun sebesar 3,58 ± 1,08 ml. Warna semen sapi Aceh didominasi oleh warna putih susu dengan konsistensi sedang dan memiliki motilitas massa dominan 2+. Umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap pH semen sapi Aceh. pH paling tinggi didapat pada umur 10 tahun sebesar 6,70 ± 0,13 dan pH paling rendah didapat pada umur 6 tahun sebesar 6,58 ± 0,16. Umur memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap motilitas individu spermatozoa sapi Aceh. Motilitas individu paling tinggi didapat pada umur 7 tahun sebesar 68 ± 11 % dan motilitas individu paling rendah didapat pada umur 10 tahun sebesar 66±9%. Umur pejantan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi spermatozoa sapi Aceh. Konsentrasi spermatozoa paling tinggi didapat pada umur 6 tahun yaitu sebesar 1147,25 ± 270,09 juta/ml dan konsentrasi spermatozoa paling rendah didapat pada umur 9 tahun yaitu sebesar 873,43 ± 274,46 juta/ml. Umur pejantan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap motilitas before freezing spermatozoa sapi Aceh. Motilitas before freezing paling tinggi didapat pada umur 9 tahun sebesar 53,80 ± 7,90% dan motilitas before freezing paling rendah didapat pada umur 10 tahun sebesar 49,70 ± 9,43%. Umur pejantan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap PTM semen sapi Aceh. PTM paling tinggi didapat umur 7 tahun sebesar 44,84 ± 4,66% dan PTM paling rendah didapat pada umur 9 tahun sebesar 42,64 ± 3,27%. Umur pejantan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap recovery rate spermatozoa sapi Aceh. Recovery rate paling tinggi didapat pada umur 7 tahun sebesar 63,79 ± 6,73% dan recovery rate paling rendah didapat pada umur 9 tahun sebesar 60,91 ± 4,67%. Umur pejantan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi straw semen beku sapi Aceh. Produksi straw paling tinggi didapat pada umur 7 tahun yaitu sebesar 282,44 ± 102,02 dosis/penampungan dan produksi straw paling rendah didapat pada umur 10 tahun yaitu sebesar 136,33 ± 38,31 dosis/penampungan. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh umur pejantan terhadap kualitas dan kuantitas semen sapi Aceh yang berada di BIB Lembang. Umur 7 tahun menghasilkan semen dengan kualitas terbaik dengan keunggulan pada volume sebesar 6,19 ± 1,75 ml, motilitas individu sebesar 68 ± 11%, post thawing motility 44,84 ± 4,66%, recovery rate 63,79 ± 6,73% dan total produksi straw 282,44 ± 102,02 dosis/penampungan.