Implementasi Strategi dan Kebijakan Internasionalisasi Batik Indonesia Dalam Pasar Global Tahun 2015-2019
Main Author: | Sukmawati, Aurum Dinar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/181971/1/Aurum%20Dinar%20Sukmawati.pdf http://repository.ub.ac.id/181971/ |
Daftar Isi:
- Batik merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang telah diakui secara internasional sebagai Intengible Cultural Humanity Heritage oleh UNESCO pada Oktober 2009. Indonesia sebagai negara pemilik batik yang telah dikukuhkan ini tentu berupaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan popularitas batik, terlebih dalam kompetisinya di pasar global. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai strategi dan kebijakan untuk mendorong internasionalisasi batik terutama pada kurun waktu 2015-2019. Pasalnya, dalam kurun waktu tersebut performa ekspor batik mengalami penurunan di tengah adanya strategi dan kebijakan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi dan kebijakan pemerintah dalam mendorong internasionalisasi batik di pasar global dengan menggunakan model Hybrid yang dikemukakan oleh Lei Li & Li/Tevfik Dalgic sebagai salah satu model internasionalisasi yang dilakukan oleh Small Medium Enterprises (SMEs). Dalam model ini menjelaskan tahapan internasionalisasi yang meliputi Planning, Execution,dan Antecedent Phase. Berdasarkan penelitian ini, pada kurun waktu 2015-2019 pemerintah Indonesia tengah melakukan strategi dan kebijakan baik secara domestik untuk menggerakkan IKM batik melalui pelatihan dan litbang, maupun secara global dengan membuka dan memperluas pasar nontradisionalnya, serta menerapkan ketentuan impor TPT batik dan motif batik untuk melindungi IKM dan produk batik asli Indonesia. Namun di tengah strategi dan kebijakan tersebut, tidak diimbangi dengan implementasi yang baik. Pemerintah Indonesia masih bersifat desentralistik sehingga tidak ada satu kesatuan langkah strategi antar lembaga yang berkaitan. Selain itu pergeseran antecedent phase untuk melibatkan IKM dalam setiap pelaksanaan program internasionalisasi juga menurun. Dengan demikian kondisi inilah yang menyebabkan penurunan performa batik Indonesia.