Analisis Erosi Dan Kekritisan Lahan Berbasis Sistem Informasi Geografis (Sig) Pada Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu

Main Author: Nustyani, Fauziyah
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/181670/
Daftar Isi:
  • DAS Citarum Hulu merupakan cekungan yang dikelilingi pegunungan dengan kondisi tata guna lahan di dominasi oleh tegalan dan hutan di bagian hulu. Di kawasan DAS Citarum Hulu proses penebangan hutan dan perubahan hutan menjadi pertanian menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi. Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan pengelolaan DAS yang tidak sesuai kaidah konservasi menimbulkan dampak yang sangat besar berupa erosi dan sedimentasi. Tujuan dari studi ini, untuk mengetahui besarnya laju erosi, sedimentasi, kekritisan lahan serta tata guna lahan yang sesuai dengan arahan fungsi kawasan di DAS Citarum Hulu. Pada studi ini, perhitungan besarnya erosi yang terjadi di DAS Citarum Hulu menggunakan metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation). Data yang diperlukan yaitu data hujan 10 tahun, tata guna lahan, jenis tanah, kemiringan lereng dan peta tekstur tanah. Setelah menghitung besarnya erosi, tahap selanjutnya menghitung sedimen dan kekritisan lahan. Penentuan tingkat kekritisan lahan di DAS Citarum Hulu menggunakan Indeks Bahaya Erosi dan untuk arahan fungsi kawasan berdasarkan Departemen Kehutanan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Metode MUSLE dengan tata guna lahan yang sama dan curah hujan yang berbeda setiap tahunnya, maka diperoleh laju erosi rata-rata dari tahun 2008 sampai dengan 2017 sebesar 5.438.162,816 ton/ha/th, dan rata-rata sedimen dari tahun 2008 sampai dengan 2017 sebesar 145.205,903 ton/ha/th. Berdasarkan hasil analisis Indeks Bahaya Erosi untuk menentukan kekritisan lahan, Kekritisan lahan DAS Citarum Hulu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2017 memiliki 4 kriteria kekritisan lahan yaitu, potensial kritis dengan luas rata-rata 31.000,831 ha, semi kritis dengan luasan rata-rata 31.987,557 ha, kritis dengan luas rata-rata 16.765,776 ha dan super kritis 90.524,070 ha. Dari perhitungan erosi dan sedimen menggunakan peta tata guna lahan baru sesuai dengan arahan fungsi kawasan dan rehabilitasi lahan menunjukan penurunan erosi sebesar 39,613%, sedimen sebesar 38,667% dan kekritisan lahan dengan kriteria super kritis sebesar 16,736%.