Analisis Bullwhip Effect Pada Produk Air Mineral Kemasan Gelas Di Cv Putri Wilis, Kediri
Main Author: | Fauziah, Hana Kholishotul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/181585/1/HANA%20KHOLISHOTUL%20FAUZIAH%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/181585/ |
Daftar Isi:
- CV Putri Wilis merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Air Minum dalam Kemasan (AMDK). Produk yang di produksi oleh CV Putri Wilis adalah air mineral kemasangelas ukuran 120 ml dan 220 ml, sertagalonukuran 19 liter. Produk dengan penjualan yang paling tinggi di CV Putri Wilis adalah air mineral kemasan gelas ukuran 220 ml karena banyak disukai oleh masyarakat. Hal ini membuat CV Putri Wilis memproduksi AMDK ukuran 220 ml lebih banyak dari produk yang lain. Penentuan jumlah produksi produk harus sesuai dengan jumlah permintaan agar tidak terjadi bullwhip effect. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bullwhip effect pada AMDK ukuran 220 ml dan memberikan rekomendasi cara untuk mencegah bullwhip effect. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data permintaan, produksi, dan biaya persediaan tahun 2016-2017. Data tersebut digunakan untuk menghitung nilai bullwhip effect, yaitu perbandingan antara koefisien variansi demand dengan order. Bullwhip effect terjadi apabila nilai bullwhip effect lebih dari satu, sedangkan bullwhip effect tidak terjadi jikanilai bullwhip effect kurang dari atau sama dengan satu. Metode Economic Production Quantity (EPQ) kemudian digunakan untuk menentuk jumlah produk yang harus diproduksi secara optimal serta perhitungan total biaya persediaan untuk mengetahui biaya persediaan yang paling ekonomis. Hasil perhitungan bullwhip effect menunjukkan bahwa terjadi bullwhip effect di eselon 1 (hubungan perusahaan dengan agen) pada tahun 2016 dengan nilai 1,32, sedangkan untuk eselon yang lain tidak terjadi bullwhip effect. Penyebab terjadinya bullwhip effect adalah demand forecasting, customer videmand dan lead time. Penggunaan metode EPQ dapat mengurangi nilai bullwhip effect di eselon 1 menjadi 0,8 sehingga tidak terjadi bullwhip effect dengan total biaya persediaan sebesar Rp.172.360,9/minggu. Total biaya persediaan CV Putri Wilis sebelum diterapkan metode EPQ sebesar Rp. 500.000/minggu. Biaya tersebut lebih besar daripada biaya setelah diterapkan metode EPQ, sehingga penerapan metode EPQ dapat meminimalkan biaya persediaan sebesar Rp. 327.639,1/minggu atau sebesar 65,53%. Analisis bullwhip effect pada penelitian ini hanya dilakukan mulai dari perusahaan sampai dengan retailer dan hanya pada produk AMDK ukuran 220 ml, sedangkan anggota rantai pasok AMDK sampai dengan konsumen serta CV Putri Wilis juga memproduksi AMDK ukuran 120 ml dan kemasan galon. Analisis bullwhip effect akan lebih baik lagi apabila dilakukan sampai dengan konsumen serta semua produk yang ada di perusahaan, yaitu AMDK ukuran 120 ml dan kemasan galon agar keterkaitan antara masing-masing anggota rantai pasok dan masing-masing produk terhadap bullwhip effect di perusahaan dapat diketahui. Perluasan penelitian tersebut diharapkan dapat memberi rekomendasi yang lebih baik lagi bagi perusahaan.