Pengaruh Dosis dan Proporsi Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L.) di Lahan Kering

Main Author: Oktavianingrum, Nadhira
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/181149/1/Nadhira%20Oktavianingrum%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/181149/
Daftar Isi:
  • Tanaman bit merah (Beta vulgaris L.) telah banyak dikenal oleh masyarakat karena fungsinya yang beragam. Secara umum umbi bit dapat dimanfaatkan untuk keperluan kesehatan, zat antioksidan dan juga sebagai zat pewarna makanan maupun tekstil (Chawla et al., 2016). Tanaman bit merah banyak di tanam di wilayah dataran tinggi yang memiliki ciri suhu yang rendah, sifat fisik tanah yaitu remah dan gembur, porositas tinggi, drainase baik, dan memiliki kedalaman tanah (solum) dalam. Namun dengan semakin menurunnya luas wilayah dataran tinggi karena banyaknya jenis tanaman yang dibudidayakan di wilayah tersebut, maka diperlukan upaya pengembangan tanaman bit merah di wilayah dataran rendah khususnya di lahan kering. Lahan kering umumnya dicirikan dengan ketersediaan air terbatas, kandungan bahan organik maupun unsur hara yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Salah satu upaya untuk menambah ketersediaan unsur hara di lahan kering, maka aplikasi pupuk anorganik seperti kalium perlu diperhatikan. Kalium berperan penting bagi pertumbuhan tanaman terutama di lahan kering, selain membantu translokasi asimiliat dari source ke sink (umbi), kalium juga berperan dalam melindungi tanaman dari kondisi air yang terbatas dengan mengatur keseimbangan tekanan osmotik sel, mengatur mekanisme membuka dan menutupnya stomata, dan membantu dalam pembentukan dinding sel tanaman. Pemupukan menjadi salah satu upaya penyediaan unsur hara yang tepat bagi tanaman, dan dipengaruhi oleh fase tumbuh tanaman, kebutuhan tanaman, jenis pupuk, dan dosis pupuk yang diberikan. Proporsi menggambarkan sebaran ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan tanaman, tanaman akan membutuhkan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya. Pupuk menjadi lebih efisien apabila diaplikasikan berdasaran fase tumbuh dan kebutuhan tanaman. Pengaturan proporsi pemberian kalium, akan mencegah terjadinya peristiwa kelebihan maupun kekeurangan unsur hara dan memungkinkan tanaman dapat menyerap unsur hara sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, dosis dan proporsi pemberian kalium yang tepat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan hasil yang optimal padat tanaman bit merah yang di tanam di lahan kering. Tujuan dari penelitian adalah untuk mempelajari dan mendapatkan dosis serta proporsi pemberian kalium yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman bit merah di lahan kering. Hipotesis yang diajukan adalah dosis yang berbeda diperlukan proporsi pemberian kalium yang berbeda untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bit merah yang tepat di lahan kering. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2019 di Agrotechnopark, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian berupa cangkul, LAM (Leaf Area Meter), oven, timbangan analitik, jangka sorong, meteran, gunting, kertas label, alphaboard, dan kamera. Bahan yang digunakan berupa bibit tanaman bit merah varietas vikima, pupuk N (urea : 46% N), pupuk P (SP-36 : 36% P2O5), pupuk K (KCl : 60% K2O), dan pestisida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan dosis pupuk kalium sebagai petak utama yaitu D0: 125% dari dosis rekomendasi, D1: 100% dari dosis rekomendasi, D2: 75% dari dosis rekomendasi, D3: 50% dari dosis rekomendasi, dan proporsi pemberian kalium sebagai anak petak yaitu P0: 0:1⁄2:1⁄2, P1: 1⁄2:0:1⁄2, dan P2: 1⁄2:1⁄2:0. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 2 sampel tanaman pada setiap perlakuan pada 15 hst, 25 hst, 35 hst, dan 45 hst untuk karakter pertumbuhan dan hasil, dan 56 hst untuk karakter panen. Parameter pengamatan meliputi karakter pertumbuhan dan hasil yaitu jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman, bobot umbi per tanaman, serta karakter panen yaitu panjang umbi, diameter umbi, bobot umbi per petak panen, dan hasil panen per ha. Data hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh nyata dan interaksi diantara perlakuan. Apabila terdapat interaksi dan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi nyata terjadi antara dosis dan proporsi pemberian kalium pada karakter pertumbuhan dan hasil, meliputi jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman, dan bobot segar umbi per tanaman, serta karakter panen meliputi diameter umbi, panjang umbi, bobot umbi per petak panen, dan hasil panen per hektar. Dosis kalium 100% dengan proporsi 0:1⁄2:1⁄2 rata-rata menghasilkan jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot segar umbi per tanaman bobot kering total tanaman, bobot umbi per petak panen, panjang umbi, diameter umbi, dan hasil panen per hektar yang tidak berbeda nyata dengan dosis lainnya, namun dosis kalium sebesar 75% (127,5 kg KCl) dengan proporsi pemberian 0:1⁄2:1⁄2 memperoleh hasil panen ton ha-1 yang lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi 1⁄2:1⁄2:0 yaitu sebesar 8,75 ton ha-1. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa, dosis kalium sebesar 75% (127,50 kg ha-1 KCl) menghasilkan R/C sebesar 2,69 untuk proporsi pemberian 0:1⁄2:1⁄2, 2,27 untuk proporsi pemberian 1⁄2:0:1⁄2, dan sebesar 1,95 untuk dosis kalium 125% (212,50 kg ha-1 KCl) untuk proporsi pemberian 1⁄2:1⁄2:0.