Pengambilan Keputusan Petani Sayur Dalam Memilih Lembaga Kredit di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Daftar Isi:
- Distribusi penyaluran kredit untuk sektor pertanian di Kota Batu tergolong rendah. Berdasarkan laporan BPS selama tiga tahun berturut-turut penyaluran kredit sebesar 4,5 %, 4,4% dan terakhir sebesar 4,9% dari total kredit yang tersalurkan. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih sedikit yang mengakses kredit melalui lembaga formal seperti perbankan. Mayoritas petani sayur menggunakan kredit untuk mendapatkan modal usaha tani dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Desa Tulungrejo memiliki keberagaman lembaga kredit formal dan non formal. Terdapat tiga lembaga yang diakses petani, yaitu KUR BNI, pedagang pengumpul dan kelompok tai. Bagi peneliti, hal ini menarik untuk dikaji lebih dalam terkait apa yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih lembaga kredit. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam persepsi petani sayur terhadap lembaga kredit yang tersedia dan pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan dalam memilih lembaga kredit. Jenis penelitian kuantitatif deskriptif digunakan untuk mengetahui persepsi petani sedangkan jenis penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk mengetahui pertimbangan petani dalam memilih lembaga kredit. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah dengan menggunakan metode snowball sampling dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan melalui metode distribusi frekuensi dan model interaktif. Keabsahan data diperiksa melalui triangulasi sumber dan metode Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas petani mengambil kredit mengambil pada KUR BNI sebanyak 25 orang, 12 petani mengambil lembaga kelompok tani, 7 orang mengambil kredit pada pedagang pengumpul dan sisanya, mengambil BNI dan kelompok tani sebanyak 5 orang. Persepsi petani terhadap pedagang pengumpul memiliki skor rata-rata tertinggi dengan nilai 4.5, diikuti persepsi terhadap KUR BNI dengan nilai 4.4 dan kelompok tani yang memiliki skor rata-rata terendah dengan nilai 4.2. Pedagang pengumpul mendapatkan skor tertinggi karena model pinjaman yang mudah, harga jual hasil panen yang sesuai dengan harga pasar serta tidak ada kendala dalam proses pinjaman. Selanjutnya, KUR BNI meskipun sudah memberikan kemudahan persyaratan pinjaman, bunga rendah, dan ketersediaan dana yang banyak namun masih memiliki kendala dalam proses pencairan dana tergolong lama bagi petani yang mengajukan pinjaman kedua. Kelompok tani yang memiliki skor terendah karena menerapkan bunga yang ii tinggi Petani juga merasakan perlu adanya kesepakata baru dalam menerapkan bunga pinjaman. Mayoritas petani cenderung mempertimbangan rasional ekonomi dengan melihat suku bunga yang rendah, ketersediaan dana yang tinggi, dan persyaratan yang mudah. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya petani yang mengambil kredit pada lembaga BNI. Kebutuhan ekonomis juga menjadi alasan utama petani dalam mengambil kredit. Kebutuhan tersebut meliputi, kebutuhan biaya untuk membeli saprodi, biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dan biaya untuk sistem irigasi, biaya untuk kebutuhan rumah tangga serta keperluan pendidikan untuk anak. Sedangkan dilihat dari sisi sosiologis terjadi pergeseran norma dalam hubungan patron dan klien, dimana norma yang diterapkan sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selanjutnya, kebutuhan sosial yang mendorong petani untuk melakukan kredit meliputi kebutuhan untuk membantu saudara, membayar iuran untuk kegiatan desa dan kegiatan sumbangan hajatan. Bagi pemerintah Kota Batu, khususnya Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, perlunya mempertimbangkan karakteristik petani dan usaha tani setempat dalam membuat skim kredit, sehingga dapat dijangkau oleh petani. Serta, melakukan kerja sama dengan Dinas Pertanian dengan melakukan sosialisasi terkait pengelolaan dana kredit dengan mengalokasikan untuk tujuan produktif. Lembaga BNI perlu melakukan peninjauan ulang terkait proses pencairan dana, karena lamanya pencairan dana dapat menghambat aktivitas usaha tani serta sosialisasi kembali untuk penegasan aturan pembayaran kepada setiap kelompok tani. Bagi kelompok tani dan pedagang pengumpul diharapkan tetap mengikutsertakan peran petani dalam membuat kesepakatan. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian peran pedagang pengumpul di lokasi yang berbeda. Selain itu, peneliti bisa melakukan pengelompokan populasi petani berdasarkan luas lahan untuk melihat perbedaan petani kecil dan petani besar dalam pengelolaan dana kredit. Petani dan masyarakat sebelum memutuskan untuk mengambil kredit, disarankan untuk mencari informasi terkait skim kredit pada lembaga kredit yang tersedia dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.