Pemanfaatan Tanaman Pendamping Pada Bawang Merah Terhadap Populasi Dan Intensitas Serangan Spodootera exigua H. (Lepidoptera:Noctuidae) Di Desa Pendem, Kota Batu

Main Author: Santoso, Amin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/181071/7/Amin%20Santoso.pdf
http://repository.ub.ac.id/181071/
Daftar Isi:
  • Bawang merah (Allium ascolanicum) merupakan salah satu komoditas hortikultura potensial yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Produksi bawang merah yang tinggi membutuhkan biaya yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu penggunaan pestisida sintetis untuk mengatasi serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Penggunaan pestisida untuk mengendalikan S. exigua secara terjadwal dapat menyebabkan tingginya biaya produksi dan dapat menganggu keanekaragaman dari agroekosistem di lahan tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis yaitu dengan penggunaan tanaman pendamping yang bersifat repellent untuk mengurangi serangan s. exigua. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui manfaat dari tanaman pendamping berupa tanaman kemangi (Ocimum basilicum L.) dan tanaman mint (Mentha arvensis) pada bawang merah (Allium ascolanicum L.) terhadap populasi dan tingkat serangan Spodoptera exigua Hubner. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2019. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan masing masing diulang 3 kali. Perlakuan pertama yaitu monokultur bawang merah, perlakuan kedua yaitu polikultur bawang merah dan mint, perlakuan ketiga yaitu polikultur bawang merah dan kemangi, dan perlakuan keempat yaitu polikultur bawang merah, mint dan kemangi. Tanaman mint dan kemangi berperan sebagai tanaman pendamping yang bersifat repellent. Variabel pengamatan meliputi populasi telur, populasi larva, intensitas serangan, musuh alami dan produksi bawang merah. Data populasi telur, populasi larva,musuh alami, intensitas serangan dan produksi bawang merah dianalisis dengan uji F pada taraf 5%, kemudian dilanjutkan uji lanjut dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukan populasi larva S. exigua lebih tinggi pada monokultur bawang merah (1,3 larva/m2) jika dibandingkan dengan semua perlakuan polikultur bawang merah (0,67 larva/m2) pada umur 35 HST. Intensitas serangan S. exigua paling tinggi juga pada monokultur bawang merah (2,7 %) jika dibandingkan dengan polikultur bawang merah dan mint (0,88%) pada umur 35 HST. Secara keseluruhan tingkat serangan masih tergolong rendah. Serangan S. exigua pada pertanaman monokultur bawang merah lebih tinggi dari pada semua pertanaman polikultur bawang merah, tetapi produksi pada pertanaman monokultur bawang merah lebih tinggi dari pada semua pertanaman polikultur bawang merah. Produksi bawang merah tertinggi pada monokultur bawang merah 11, 062 ton/ha dan yang terendah pada polikultur bawang merah, mint dan kemangi 10,353 ton/ha. Akan tetapi produksi bawang merah yang rendah dapat ditutupi dengan produksi tanaman pendamping mint dan kemangi pada masing-masing perlakuan. Penerimaan yang diperoleh dari monokultur (Rp 121.682.00,-) paling rendah dan yang paling tinggi pada pertanaman polikultur bawang merah dan mint (177.246.000,-).