Merawat Bumi Melalui Seni (Studi Fenomenologi Pagelaran Happening Art Sebagai Gerakan Ekofeminisme dalam Menyelamatkan Hutan Begal di Desa Sekarputih, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi)

Main Author: Wahyuni, Siti
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/180718/1/Siti%20Wahyuni%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/180718/
Daftar Isi:
  • Maskulinitas yang identik dengan sifat rasionalitas yang ada dalam diri manusia mendorong manusia untuk melakukan eksploitasi terhadap alam tanpa membertimbangkan kelestarian dari alam itu sendiri. Eksploitasi alam yang dilakukan dengan cara-cara tidak manusiawi menandakan bahwa manusia lupa jika sebenarnya manusia merupakan bagian dari alam. Setiap proses pengrusakan terhadap alam, selalu menjauhkan relasi antara perempuan dengan alam. Alam atau bumi merupakan perwujudan dari “Ibu Pertiwi”, simbolisasi tersebut menempatkan bahwa alam merupakan pelindung sekaligus pemberi kehidupan bagi segenap isinya termasuk manusia di dalamnya. Hutan Begal merupakan bagian dari alam yang telah memberikan penghidupan bagi masyarakat sekitar hutan khususnya bagi kaum perempuan. Namun ironisnya, Hutan Begal kini mengalami kerusakan akibat adanya alih fungsi lahan. Berangkat dari permasalahan tersebut, seniman yang tergabung dalam LSM Kraton Ngiyom membuat gerakan ekofeminisme yang bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan Hutan Begal. Berdasar pada permasalahan tersebut, peneliti ingin membongkar bentuk gerakan ekofeminisme serta menggali perspektif seniman dan masyarakat terkait gerakan ekofeminisme tersebut. Peneliti menggunakan teori ekofeminisme dengan pendekatan studi fenomenologi sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Berdasarkan bentuk gerakannya, gerakan ekofeminisme tersebut dikemas dalam bentuk pagelaran happening art. Gerakan tersebut berhasil membangun kesadaran masyarakat khususnya penyanggem untuk peduli terhadap Hutan Begal. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwasannya di Desa Sekarputih masih ditemukan mitos dan tradisi lokal. Mitos yang ada di Desa Sekarputih diantaranya: Dhanyang sebagai penunggu tempat strategis, Peri Setyowati penunggu mata air di Hutan Begal, dan Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan. Sedangkan tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat adalah Nyadran dan Methil. Mitos dan tradisi tersebut sesuai dengan konsep dari ekofeminisme spiritual