Penentuan Kerapatan Tanaman Typha Latifolia Dengan Menggunakan Lahan Basah Buatan (Constructed Wetlands) Dalam Mereduksi Logam Kadmium (Cd) Pada Limbah Penyamakan Kulit
Main Author: | Hidayat, Ferdian |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/180551/1/FERDIAN%20HIDAYAT%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/180551/ |
Daftar Isi:
- Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya baik melalui air, tanah, maupun udara. Karena merupakan industri rumah tangga, maka dalam proses pengolahan limbahnya belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan dan kurang memperhatikan kesehatan kerja para karyawannya. Tinja yang terkandung dalam air limbah penyamakan kulit mengakibatkan terkandungnya kadmium dalam air limbah penyamakan kulit. Kebutuhan air bersih yang meningkat seiring dengan peningkatan populasi memicu adanya pengolahan daur ulang limbah. Namun, constructed wetland (CW) menawarkan teknologi mudah dan murah dalam perencanaan maupun pengoperasian sistem pengolahan air limbah rumah tangga. Maka dari itu, dalam rangka meningkatkan kualitas air limbah buangan dari tanaman yang tumbuh di dalam lahan basah. Karena selain permasalahan mengenai kebutuhan akan sumber energi yang berkelanjutan dan dapat diperbarui, hal lain yang kini perlu diperhatikan adalah mengenai keberadaan limbah yang dapat merusak lingkungan. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanaman Typha latifolia. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan bak eksperimen untuk pengaruh pereduksian logam kadmium dengan perbedaan kerapatanviii tanaman, yaitu 2 tanaman, 4 tanaman, dan 6 tanaman dengan 3 kali pengulangan pada masing-masing perlakuan selama 5 hari dan 10 hari. Hasil dari proses constructed wetlands selama 5 hari, effluent air limbah dengan kandungan kadmium terkecil pada perlakuan dengan kerapatan 6 tanaman sebesar 0,0036 ppm, sedangkan nilai akumulasi logam kadmium paling besar terjadi pada perlakuan dengan kerapatan 2 tanaman sebesar 0,0089 ppm. Hasil pada proses 10 hari, effluent air limbah dengan kandungan kadmium terkecil pada perlakuan dengan kerapatan 6 tanaman sebesar 0,0042 ppm, sedangkan nilai akumulasi logam kadmium paling besar terjadi pada perlakuan dengan kerapatan 2 tanaman sebesar 0,0095 ppm. Penelitian pada detensi 5 hari dan 10 hari didapatkan nilai kandungan kadmium terbesar pada perlakuan Kontrol (tanpa tanaman) dan nilai akumulasi terkecil pada perlakuan 6 tanaman.