Pengaruh Acceptance And Commitment Therapy (Act) Terhadap Ansietas Lansia Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Provinsi Bali
Main Author: | Wicaksana, I Gusti Agung Tresna |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/180424/ |
Daftar Isi:
- Semakin hari jumlah lansia akan semakin bertambah, seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup di berbagai tempat di dunia. Tahun 2010 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67,4 tahun dan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 71,1 tahun. Indonesia berada diurutan ke 4 jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia setelah China, India, dan Jepang. Provinsi Bali memiliki penduduk lansia yang cukup banyak yaitu sekitar 300 ribu jiwa. Provinsi Bali menduduki peringkat ke 4 dari 5 provinsi yang memiliki jumlah lansia terbanyak di Indonesia yaitu sekitar 8,77%. Diperkirakan pada tahun 2020 akan mengalami peningkatan dua kali lipat menjadi lebih dari 432 ribu orang atau 11,4% dari jumlah penduduk. Di Indonesia keberadaan panti werdha untuk menampung lansia terlantar merupakan salah satu bentuk perhatian dari pemerintah. Keberadaan panti werdha masih menyisakan banyak permasalahan terutama masalah psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi seperti kesepian, perasaan sedih, ansietas atau gangguan kecemasan yang jika tidak ditangani bisa jatuh ke depresi dan resiko bunuh diri. Menurut European Study of the Epidemiology of Mental Disorders (ESEMeD), ansietas merupakan salah satu dari gangguan kejiwaan yang paling sering didiagnosis di kalangan lansia. Hal yang menarik bahwa insiden tersebut bahkan lebih banyak terjadi pada lansia di institusi (panti werdha). Ansietas di kalangan para lansia yang tinggal di panti werdha cenderung mengarah ke kondisi yang kronis sehingga secara signifikan dapat menyebabkan depresi, resiko bunuh diri, dan gangguan jiwa pada lansia. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) adalah psikoterapi yang dapat membantu menolong klien dengan menggunakan penerimaan psikologi sebagai strategi koping dalam situasi stres baik internal maupun eksternal yang tidak mudah untuk diatasi. Ansietas pada lansia yang tinggal di PSTW cenderung mengarah pada kondisi kronis, jadi ACT merupakan terapi yang cukup tepat untuk diaplikasikan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain “Quasi Eksperimen Pre-Post Test with Control Grup”. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah probability samples dengan pendekatan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali yaitu di panti I (PSTW Wana Seraya) dan panti II (PSTW Jara Mara Pati). Waktu pelaksanaan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2018. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden dan variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu pengaruh ACT terhadap tingkat ansietas viii lansia menggunakan uji T-test dan analisis Regresi linier unutk mengetahui karakteristik lansia yang paling berpengaruh terhadap ansietas. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji analisi paired t.test diperoleh hasil nilai p = 0.001 yang berarti secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat ansietas responden pre-test dan posttest. Hal ini membuktikan bahwa terapi generalis ansietas cukup efektif untuk menurunkan ansietas lansia yang tinggal di PSTW. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji analisi paired t.test diperoleh hasil nilai p = 0.001 yang berarti secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat ansietas responden pre-test dan post-test di kelompok perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian terapi generalis ansietas dan ACT efektif untuk menurunkan ansietas lansia yang tinggal di PSTW. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji analisi Independent T.Test diperoleh hasil nilai p = 0.001 ini berarti secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat ansietas post-test di kelompok kontrol dengan ansietas post-test di kelompok perlakuan. Setelah diberikan terapi generalis ansietas diperoleh skor ansietas di kelompok kontrol sebesar 36.30. Pada kelompok perlakuan, setelah diberikan terapi generali ansietas dan ACT diperoleh skor ansietas sebesar 30.83. Pemberian terapi generalis ansietas dan ACT seperti pada kelompok perlakuan lebih efektif menurunkan ansietas dibandingkan dengan pemberian terapi generalis ansietas saja tanpa ACT seperti pada kelompok kontrol. Hasil analisis regresi linier menunjukan Kontribusi pendidikan, lama tinggal dan ACT mempengaruhi ansietas sebesar 37.5 % sisanya dijelaskan oleh karakteristik variabel lain di luar persamaan atau pemodelan ini. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi lanjut ACT efektif menurunkan ansietas pada lansia dan karakteristik pendidikan, lama tingal dan ACT paling berpengaruh terhadap ansietas lansia yang tinggal di PSTW Provinsi Bali. Diharapkan perawat yang bertugas di PSTW Provinsi Bali dapat berkolaborasi dengan perawat spesialis jiwa untuk memberikan psikoterapi lanjut ACT secara berkesinambungan kepada lansia yang mengalami ansietas sehingga tidak jatuh pada kondisi depresi dan resiko bunuh diri.