Pengaruh Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas) Kultivar Gunung Kawi Terhadap Kadar Sel Darah Putih Rattus Norvegicus Strain Wistar
Main Author: | Adani, Safira Fairuz |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/180088/1/Safira%20Fairuz%20Adani.pdf http://repository.ub.ac.id/180088/ |
Daftar Isi:
- Ubi jalar ungu, salah satu dari beberapa jenis ubi jalar yang sering dijumpai di Indonesia, mengandung antosianin yang cukup tinggi. Manfaat dari antosianin adalah sebagai imunoprotektif yang dapat mempertahankan jumlah leukosit. Penggunaan ubi jalar sebagai obat herbal masih belum terstandarisasi terkait dosis pemberiannya. Dan masyarakat masih mengganggap obat herbal tidak memilki efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek etanol ubi jalar (Ipomea batatas L) varietas ungu kultivar gunung kawi terhadap jumlah total dan hitung jenis leukosit pada tikus wistar (Rattus Norvegicus). Pemberian sediaan ekstrak etanol ubi ungu Kultivar Gunung Kawi dengan dosis berulang yakni 10 mg/BB pada 20 ekor (10 ekor jantan dan 10 ekor betina ) 20 mg/BB (10 ekor jantan dan 10 ekor betina) dan 40 mg/BB (10 ekor jantan dan 10 ekor betina) yang diberikan secara oral pada hewan uji selama 90 hari. Darah tikus diambil menggunakan metode cardiac puncture lalu leukosit dievaluasi di Lab. Patologi Klinik FKUB. Hasil data pemeriksaan leukosit pada tikus dianalisis secara statistik menggunakan uji one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan Kruskall wallis untuk non parametrik, lalu uji post hoc menggunakan Tukey’s untuk parametrik dan Mann Whitney untuk non parametrik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah paparan ekstrak etanol ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) kultivar Gunung Kawi dosis 10mg/kgBB, 20 mg/kgBB, 40 mg/kgBB menimbulkan kenaikan signifikan terhadap jumlah total leukosit tikus Rattus norvegicus betina, neutrofil tikus jantan mengalami kenaikan signfikan pada dosis 10mg/kgBB, tidak ada pengaruh pada limfosit, monosit tikus jantan mengalami penurunan yang signifikan pada dosis 10mg/kgBB dan 20 mg/kgBB, eosinophil tikus betina mengalami kenaikan yang signifikan pada dosis 10mg/kgBB, dan eosinophil tikus jantan mengalami penurunan yang signifikan pada dosis 20mg/kgBB.