Analisis Penerapan Perencanaan Kinerja Dengan Menggunakan Balanced Scorecard Di Badan Standardisasi Nasional
Main Author: | Prabowo, Testianto Hanung Fajar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179894/ |
Daftar Isi:
- Latar belakang penelitian ini adalah Tingkat transparansi dan akuntabilitas atas kinerja suatu instansi pemerintah menjadi tuntutan dan perhatian serius dari masyarakat dalam era keterbukaan saat ini. Oleh karena itu, instansi pemerintah harus melakukan keterbukaan informasi publik dan akuntabilitas dalam manajemen kinerjanya berbasis outcome (Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). New Public Management (NPM) bentuk gerakan reformasi dan modernisasi yang dapat memperbaiki sistem manajemen kinerja publik karena berbasis outcome dan adanya standar kinerja (Mahmudi,2015) Balanced scorecard salah satu pendekatan berbasis NPM yang dapat memperbaiki kinerja suatu iinstansi pemerintah dan berorientasi outcome (Niven,2003). Konsep balanced scorecard sesuai dengan Perpres No.29 Tahun 2014 sehinggga balanced scorecard direkomendasikan digunakan untuk pengelolaan kinerja instansi pemerintah di Indonesia (Kemenkeu,2016). Badan Standardisasi Nasional menerapkan perencanaan kinerja perspektif balanced scorecard sejak tahun 2015 (Renstra BSN dan Kepka BSN No.28A/KEP/BSN/2015). Namun perencanaan kinerja perspektif BSC di BSN selalu berubah setiap tahunnya (dalam 5 tahun) sehingga menyebabkan inkonsistensi dan ketidakberlanjutan dalam kinerjanya serta tidak sesuai dengan Perpres No 29 Tahun 2014 . Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi melalui surat Menpan No.B/664/M.A.A.05.2018, perencanaan kinerja BSN dalam perspektif balanced scorecard belum mencerminkan outcome dan cascading yang tepat sesuai dengan visi organisasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana penerapan perencanaan kinerja dengan menggunakan balanced scorecard di Badan Standardisasi Nasional? (2) Apa saja faktor yang menghambat dan mendorong penerapan perencanaan kinerja dengan menggunakan balanced scorecard di Badan Standardisasi Nasional? (3) Bagaimana usulan model perencanaan kinerja organisasi publik yang tepat dengan menggunakan balanced scorecard di Badan Standardisasi Nasional? Metode penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif dengan Jenis Deskriptif Studi Kasus. Teknik Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis data model interaktif dari Miles, Huberman, dan Sadana (2013). ix Hasil Penerapan perencanaan kinerja organisasi publik dengan menggunakan balanced scorecard di Badan Standardisasi Nasional sebagian besar sudah melakukan sesuai dengan enam tahapan perencanaan balanced scorecard sesuai teori Rohm. Tahapan yang telah dilakukan yaitu assesmen, penyusunan strategi, sasaran, peta strategis, dan penyusunan ukuran kinerja. Namun masih terdapat beberapa catatan terkait adanya tahapan perencanaan yang belum dilakukan BSN yaitu tahapan penyusunan inisiatif strategis. Sementara itu untuk segi penerapan empat perspektif balance scorecard dari masing – masing tahapan diketahui bahwa terdapat beberapa tahapan yang telah menerapkan balanced scorecard yaitu perumusan sasaran, peta strategis dan penyusunan ukuran kinerja. Namun ketiga tahapan tersebut hanya menerapkan tiga perspektif saja dan belum menerapkan perspektif finansial. Sementara itu tahapan assesmen dan penyusunan strategi belum menggunakan empat perspektif balanced scorecard. Terdapat beberapa faktor penghambat utama yang perlu diantisipasi dan dicari solusinya yaitu berasal dari manajemen terkait tidak adanya pedoman atau standar operasional prosedur terkait pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard di BSN dan konsultan yang berganti – ganti dalam melakuka perencanaan tersebut. Kemudian dari sisi personel yaitu kurang komitmennya pimpinan terhadap balanced scorecard yang telah ditetapkan dan staff yang tidak dilibatkan dalam perencanaan kinerja tersebut. Sementara itu untuk faktor pendukung yaitu sumber daya terkait ketersediaan anggaran yang meningkat setiap tahun dan adanya sarana prasarana serta teknologi informasi yang lengkap dalam mendukung perencanaan kinerja berbasis BSC di BSN serta adanya budaya kerja Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015 yang dapat meningkatkan keteraturan dalam bekerja. Selain itu, visi yang telah ditetapkan secara berkelanjutan juga dapat mendukung perencanaan kinerja di BSN. Model tahapan yang ada saat ini tidak secara lengkap karena tidak adanya tahapan penysuunan inisiatif strategis. Sehingga diusulkan model baru yang sesuai dengan tahapan Six Steps to Build Organizational’s Balanced Scorecard yaitu dengan penambahan inisitaif strategis. Selain itu juga perlu penambahan empat perspektif balanced scorecard pada tahapan assesmen, penyusunan strategi, dan inisiatif strategis. Kemudian juga perlu penambahan perspektif finansial pada tahapan perumusan sasaran, peta strategis dan penyusunan ukuran kinerja. Selain itu dalam usulan model perencanaan tersebut juga perlu penambahan SOP atau pedoman dalam pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard di BSN dan pengikutsertaan staff dalam sosialisasi balanced scorecard di BSN.