Pengaruh Bentuk Dan Dosis Pupuk Kompos Campuran Pada Pertumbuhan Dan Hasil Lobak (Raphanus Sativus L.)
Main Author: | Farisy, Haidar Ilham Al |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179488/1/HAIDAR%20ILHAM%20AL%20FARISY%20%28%202%20%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179488/ |
Daftar Isi:
- Lobak ialah tanaman sayuran umbi yang termasuk dalam family kubiskubisan. Bentuk umbi yang dihasilkan lobak ini sama seperti wortel. Perbedaan umbi lobak dan wortel ini dapat dilihat dari segi warna, lobak memiliki warna putih sedangkan wortel berwarna orange. Di Indonesia tanaman lobak tumbuh di dataran tinggi dengan kisaran ketinggian ±1.100 mdpl hingga ±1.250 mdpl. Permintaan terhadap komoditas lobak di Indonesia semakin meningkat, Akan tetapi produksi lobak di Indonesia masih rendah yaitu rata-rata 34,85 ton ha-1 (BPS, 2014). Produksi lobak yang rendah di Indonesia terutama disebabkan oleh faktor keterbatasan lahan dan kesuburan lahan yang semakin menurun. Solusi untuk mengatasi permasalahan keterbatasan lahan tersebut ialah dengan budidaya tanaman didataran tinggi pada lahan yang tidak dimanfaatkan seperti dibawah tegakan pohon dengan sistem agroforestri, sedangkan untuk mengatasi permasalahan kesuburan lahan yaitu dengan menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kompos campuran kulit biji kopi, paitan dan kotoran kambing. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh bentuk kompos campuran kulit biji kopi, kotoran kambing dan paitan dengan tingkatan dosis yang berbeda dan mendapatkan bentuk kompos dan dosis optimum bagi pertumbuhan dan hasil lobak. Hipotesis dari penelitian ini adalah dosis optimum kompos bentuk remah dan granul yang berbeda untuk pertumbuhan dan hasil lobak dan kompos bentuk remah dengan dosis 12 ton ha-1 lebih baik dibandingkan dengan kompos bentuk granul. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan UB Forest di Dusun Sumbersari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang pada bulan Desember 2018 hingga Juli 2019. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan perbandingan bentuk pupuk remah (F1) dan bentuk pupuk granul (F2) dengan dosis pupuk 0 ton ha-1 (D1), dosis pupuk 3 ton ha-1 (D2), dosis pupuk 6 ton ha-1 (D3), dosis pupuk 9 ton ha-1 (D4), dosis pupuk 12 ton ha-1 (D5) dan diulang sebanyak tiga kali. Pengamatan tanaman dilakukan dengan cara destruktif dan panen. Variabel pengamatan sampel pertumbuhan terdiri dari panjang tanaman, luas daun, jumlah daun, bobot basah umbi per tanaman, bobot basah total tanaman, bobot kering total tanaman, diameter tanaman dan laju pertumbuhan. Variabel pengamatan sampel panen terdiri dari panjang umbi, diameter umbi, bobot basah total umbi tanaman dan bobot panen umbi per hektar. Hasil pengamatan dianalisis uji F dengan taraf 5%. Jika hasil yang didapatkan berbeda nyata, maka dilakukan uji BNJ dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pupuk granul memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk pupuk remah dengan hasil produksi umbi lobak tertinggi pada dosis 9 ton ha-1 yang mencapai hasil umbi sebesar 12,48 ton ha-1. Berdasarkan regresi ditemukan dosis optimal 9,4 ton ha-1, dengan potensi minimal hasil panen umbi lobak yaitu 11,44 ton ha-1 dan berdasarkan hasil analisis usaha tani, perlakuan bentuk pupuk yang paling menguntungkan yaitu perlakuan bentuk granul dengan dosis 9 ton ha-1 yang mendapatkan hasil R/C Ratio paling tinggi dengan nilai 1,26.