Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.)
Main Author: | Afandiyah, Gioniva |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179379/1/GIONIVA%20AFANDIYAH%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179379/ |
Daftar Isi:
- Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ialah tanaman hortikultura yang dimanfaatkan buahnya dan termasuk dalam famili Solanaceae. Cabai rawit banyak dibudidayakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Namun hal tersebut tidak menjamin tingginya nilai produksi cabai rawit di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian (2017), nilai produktivitas cabai rawit pada tahun 2012 mencapai 5,75 ton ha-1 dan mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2016 yaitu mencapai 6,69 ton ha-1. Namun, nilai tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasil produksi cabai rawit yang mencapai 10 - 20 ton ha-1. Salah satu permasalahan utama penurunan produksi cabai adalah ketersediaan benih cabai yang berkualitas. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode ekstraksi dan genotipe yang berbeda dalam menghasilkan benih dengan mutu baik dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan metode ekstraksi dan genotipe yang berbeda dalam menghasilkan benih dengan mutu baik dilihat dari viabilitas dan vigor benih Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2019 hingga Mei 2019 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dan Green House Dau, Malang, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan dua faktor yaitu metode ekstraksi dan genotipe. Faktor pertama terdiri atas 2 taraf metode ekstraksi yaitu E1 (buah dijemur hingga kulit buahnya kering, kemudian diekstraksi) dan E2 (buah segar diekstraksi/dibelah, dicuci, dan dikeringkan), sedangkan faktor kedua terdiri dari 4 benih cabai rawit, yaitu 3 genotipe dan 1 varietas. Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan untuk setiap perlakuan dan dilakukan dua kali pengamatan dimana setiap pengamatan dilakukan pada saat benih umur 2 bulan dan 4 bulan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan 25 butir benih untuk dikecambahkan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah wadah plastik, aluminium foil, pisau atau cutter, sarung tangan karet, penampi atau alas pengeringan, oven, bak kecambah, cawan petri, pinset, kertas merang, germinator listrik, gunting, kertas label, ayakan tanah, timbangan digital, alat tulis dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah beberapa jenis benih cabai rawit, yaitu 4 genotipe uji cabai rawit CRUB2 (G1), CRUB3 (G2), CRUB4 (G3) dan Manteb (G4), KNO3 0,2%, aquades, pupuk kandang, tanah, dan batu bata. Pengamatan yang dilakukan meliputi kadar air benih (%), daya berkecambah (%), laju perkecambahan (hari), potensial tumbuh maksimum (%), indeks vigor, kecepatan tumbuh (%), keserempakan tumbuh (%). Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% dan 1% kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncant Multiple Range Test) pada taraf 5%.ii Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara perlakuan metode ekstraksi dan genotipe berpengaruh terhadap viabilitas benih pada variabel daya berkecambah saat benih umur 4 bulan. Perlakuan E1 menunjukkan daya berkecambah tertinggi pada G3, sedangkan E2 menunjukkan hasil yang sama pada setiap genotipe. Setiap genotipe yang diberi perlakuan E1 dan E2 menunjukkan daya berkecambah yang lebih tinggi saat diberi perlakuan E2 kecuali G3. Perlakuan E2 menunjukkan respon yang lebih baik dalam hal peningkatan viabilitas pada variabel potensial tumbuh maksimum dan vigor pada variabel kecepatan dan keserempakan tumbuh saat benih umur 4 bulan. Perlakuan G3 menunjukkan respon terbaik pada viabilitas benih variabel potensial tumbuh maksimum dan G1 menunjukkan nilai tertinggi pada viabilitas benih variabel laju perkecambahan saat benih umur 4 bulan. Perlakuan G4 menunjukkan nilai keserempakan tumbuh terendah pada vigor benih saat umur 2 bulan.