Intersepsi Radiasi Matahari Pada Berbagai Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola

Main Author: Prayitno, Marco Ferrianto
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/179377/1/MARCO%20FERRIANTO%20PRAYITNO%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/179377/
Daftar Isi:
  • Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah satu komoditas pertanian yang berpotensi sebagai pengganti bahan pangan pokok. Kentang dapat dijadikan sebagai makanan pokok karena mempunyai kandungan seperti kalori, karbohidrat, mineral dan vitamin. Selain itu, kentang juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Permintaan pasar terhadap kentang pun semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut BPS (2017), produksi tanaman kentang pada tahun 2017 mencapai 1.164.738 ton/tahun. Namun, produksi tersebut masih belum sebanding dengan permintaan pasar. Maka dari itu, masih dilakukan impor kentang untuk mencukupi kebutuhan pasar. Untuk meningkatkan produksi kentang, maka perlu adanya upaya untuk mengatasi berbagai kendala dalam budidaya kentang. Salah satu kendala budidaya kentang di dataran tinggi adalah intensitas cahaya matahari yang rendah. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan memodifikasi lingkungan yang ada, yaitu dengan menggunakan mulsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan berbagai macam mulsa terhadap intersepsi cahaya, pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Hipotesis yang diajukan ialah penggunaan mulsa yang menghasilkan rata-rata persentase intersepsi cahaya yang paling tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2019 di desa Junggo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1303 mdpl. Varietas yang digunakan adalah varietas Granola Kembang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu A1: tanpa mulsa (kontrol), A2: mulsa plastik hitam, A3: mulsa plastik hitam perak A, A4: mulsa plastik hitam perak B, A5: mulsa plastik hitam perak C, A6: mulsa plastik perak, A7: mulsa jerami. Parameter pengamatan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu (1) parameter pertumbuhan dengan mengamati jumlah daun, luas daun (cm2), indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman (g), (2) parameter komponen hasil dengan mengamati bobot segar umbi per tanaman (g tan-1), jumlah umbi per tanaman, bobot segar umbi panen (ton ha-1), serta (3) parameter intersepsi dengan menghitung efisiensi intersepsi. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dengan taraf 5%, bertujuan untuk mengetahui nyata atau tidak nyata pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji BNJ dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan tanaman yang relatif sama pada parameter pengamatan jumlah daun, luas daun, indeks luas daun, dan laju pertumbuhan tanaman, di mana perlakuan mulsa plastik perak (MPP) menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, diikuti oleh perlakuan ketiga mulsa plastik hitam perak (MPHP A, MPHP B, dan MPHP C), perlakuan mulsa jerami, perlakuan mulsa plastik hitam (MPH) dan perlakuan kontrol. Pada pengamatan komponen hasil, perlakuan mulsa plastik perak (MPP) dapat meningkatkan hasil bobot segar umbi panen 17,96 % lebih besar dibandingkanii dengan perlakuan mulsa jerami, 21,59 % lebih besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa plastik hitam (MPH) dan 42,04 % lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa (kontrol). Nilai intersepsi tertinggi terdapat pada perlakuan mulsa plastik perak (MPP) yaitu sebesar 79,80 %, diikuti oleh ketiga perlakuan mulsa plastik hitam perak (MPHP A, B, C) yaitu sebesar 71,63 – 76,48 %, mulsa plastik hitam (MPH) dengan 65,80 %, mulsa jerami dengan 62,35 % dan perlakuan kontrol hanya 59,39 %.