Analisis Kemantapan Agregat Tanah Pada Sistem Agroforestri Berbasis Kopi Dengan Tingkat Perbedaan Kerapatan Kanopi Penaung Di Ub Forest, Kabupaten Malang

Main Author: Rachmanita R, Puspita Dewi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/179373/1/PUSPITA%20DEWI%20RACHMANITA%20R%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/179373/
Daftar Isi:
  • Sistem penggunaan lahan merupakan suatu sistem yang memanfaatkan potensi dari suatu lahan atas campur tangan manusia untuk memenuhi kebutuhan. Luas penggunaan lahan hutan di Indonesia pada tahun 2009 berkisar 87.074 ribu ha dan pada tahun 2013 yaitu 82.487 ribu ha. Menurunnya luas penggunaan lahan tersebut diduga salah satu akibat yaitu pertumbuhan penduduk yang meningkat sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan yang terjadi menimbulkan dampak pada lingkungan, diantaranya degradasi lahan, yang disebabkan oleh penerapan penggunaan lahan tanpa memperhatikan kemampuan lahan tersebut. Degradasi dicirikan dengan penurunan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik degradasi lahan dapat terjadi dalam bentuk kerusakan struktur yang dimulai dengan penurunan kestabilan agregat tanah. Penerapan sistem agroforestri dengan berbagai komponen vegetasi diduga mampu memperbaiki kondisi struktur melalui jumlah masukan bahan organik, sesuai dengan hasil seresah serta pertumbuhan akar di dalam tanah. Kemantapan struktur tanah mampu diperbaiki dengan peningkatan bahan organik tanah. Bahan organik dengan sifat yang agak plastis membantu meningkatkan proses agregasi tanah, indeks stabilitas agregat dan nilai porositas tanah, dengan cara menjadikan struktur tanah dan agregat tanah lebih mantap. Penelitian ini menganalisis kemantapan agregat tanah pada lahan agroforestri dengan berbagai tingkat kerapatan kanopi yang memiliki jumlah bahan organik berbeda. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode survei dengan Rancangan Petak Tersarang atau disebut dengan Nested Design. Terdapat perlakuan kerapatan kanopi tanaman dengan tiga kategori yaitu <40%, 40% - 70%, dan >70%. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kedalaman tanah yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dan 40-60 cm yang tersarang pada tiap perlakuan. Persentase kerapatan kanopi diukur menggunakan aplikasi pada smartphone yaitu Canopyapp. Analisis laboratorium yang terdiri dari analisis Berat Isi, Berat Jenis, C-organik, Kemantapan Agregat, Tekstur dan Kerapatan Akar. Analisis kemantapan agregat dilakukan menggunakan metode ayakan basah dengan bejana dan serangkai susunan ayakan (4,75; 2; 1; 0,5; 0,25 mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerapatan kanopi mempengaruhi karakteristik tanah dan kemantapan agregat tanah pada suatu lahan. Nilai berat isi, berat jenis, kemantapan agregat, porositas, C-organik, dan kerapatan akar memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap tingkat kerapatan kanopi. Ketebalan seresah meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan kanopi, seperti pada lahan dengan kerapatan kanopi >70% memiliki tebal seresah lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan kanopi <40%. Seresah yang dihasilkan pada masing-masing plot berbeda sehingga bahan organik yang diperoleh berbeda. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap struktur tanah yang akan mengalami proses agregasi. Ketiga plot pengamatan memiliki struktur yang sangat stabil sekali, namun diantaranya memiliki selisih nilai yang tinggi karena kandungan bahanii organik yang berbeda sehingga proses agregasi yang terjadi tiap plot berbeda. Adanya bahan organik mampu memperbaiki struktur tanah dengan melekatkan antar partikel tanah, meningkatkan aktivitas organisme sehingga memberikan ruang pada tanah. Kondisi agregat yang baik sebagai indikator struktur tanah baik, dengan begitu meningkatkan kemampuan tanah akan pergerakan air dan aerasi di dalam tanah.