Uji Efektivitas Ekstrak Belimbing Wuluh Sebagai Antibakteri Terhadap Patogen Penyebab Penyakit Busuk Lunak Pada Bibit Krisan
Main Author: | Muwardi, Muhammad Bari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179332/1/MUHAMMAD%20BARI%20MUWARDI%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179332/ |
Daftar Isi:
- Tanaman krisan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting. Budidaya krisan saat ini masih banyak ditemukan permasalahan adanya serangan patogen pada masa pembibitan yang menyebabkan kerusakan bibit berupa busuk lunak pada batang yang menyebabkan akar pada bibit krisan tidak dapat tumbuh. Penyebab terjadinya busuk lunak pada tanaman bunga merupakan ciri khas penyakit yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi. E. chrysanthemi akan muncul dengan bermacam gejala. Gejala serangan diawali dengan layu pada pucuk daun dan menghitam. Jaringan vaskular batang dalam akan mengalami nekrosis dan jaringan vaskular yang berongga. Penggunaan pestisida kimia sintetik yang masih dijadikan sebagai keputusan utama dalam pengendalian penyakit serta pengaplikasiannya yang kurang bijaksana seringkali dapat memperburuk keadaan karena menyebabkan terjadinya resistensi patogen. Tanaman belimbing wuluh yang diketahui sebagai salah satu sumber alternatif pestisida yang aman dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh kandungan antimikroba tanaman belimbing wuluh dalam mengendalikan penyakit busuk lunak yang disebabkan E. chrysanthemi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, dan Laboratorium Kima Analisis Instrumentasi, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan yaitu dimulai Maret 2018 hingga Oktober 2018. Isolat bakteri yang digunakan pada penujian ini didapatkan dari Indonesia Culture Collection, LIPI Bogor. Metode yang digunakan pengujian antimikroba dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer yang dimodifikasi dengan variasi konsentrasi mulai dari 10-90% dengan interval tiap konsentrasi perlakuan sebesar 10%. Analisis fitokimia ekstrak belimbing wuluh yang digunakan ada dua, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan mengidentifikasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian antimikroba terdiri dari dua jenis, yaitu buah dan daun. Kedua ekstrak belimbing wuluh menunjukkan hasil positif memiliki aktivitas antibakteri. Hasil ekstrak daun menjunjukkan kemampuan daya hambat lebih tinggi dengan zona hambat 10,68 mm dibandingkan dengan kemampuan buah dengan zona hambat 9,43 mm. Tanaman belimbing wuluh diduga memiliki sifat antimikroba bakteriostatik, hal ini ditunjukkan dari kemampuannya menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil pada pengujian kualitatif kandungan fitokimia memperlihatkan adanya senyawa flavonoid, saponin, dan tanin pada ekstrak buah dan daun belimbing wuluh, sedangkan hasil pada pengujian kuantitatif jumlah flavonoid menunjukkan ekstrak daun lebih tinggi dengan 3.129 μg/g dan ekstrak buah 426 μg/g. Hal ini mengindikasikan bahwa pelarut ekstrak yang digunakan memiliki kepolaran yang tinggi sehingga efektif mengikat senyawa biokatif pada tanaman.