Pengaruh Modal Sosial Terhadap Produktivitas Kakao Di Desa Jambe Wangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
Main Author: | Sembiring, Anggi Haga |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179289/1/ANGGI%20HAGA%20SEMBIRING%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179289/ |
Daftar Isi:
- Kesejahteraan sosial berkaitan dengan suatu kondisi sosial dimana masalahmasalah sosial dapat di atasi secara memuaskan, kebutuhan sosial dapat dipenuhi dengan baik, memiliki rasa aman dalam hidup dan kesempatankesempatan sosial terbuka secara bebas (Rusmana, 2009:23). World Bank melaporkan bahwa modal sosial mempunyai kontribusi dan berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga (Grootaert, 1999). Peningkatan kesejahteraan masyarakat berasal dari kemauan masyarakat tersebut, artinya bila keinginan masyarakat untuk meningkatkan modal sosial lebih tinggi akan membawa dampak terhadap peningkatan kesejahteraannya, begitu juga halnya dengan kemauan untuk meningkatkan kualitas keluarga dan pendapatan keluarga peningkatan tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan persoalan dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan terjadi pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi (Putnam, 2000). Dengan modal sosial yang meningkat, hubungan antar masyarakat bisa menjadi produktif sejauh yang diharapkan dan adanya rasa saling percaya antara satu sama lain. Fukuyama (2002) menyatakan bahwa modal sosial yang tumbuh pada suatu komunitas yang didasarkan atas norma-norma bersama akan sangat membantu dalam memperkuat entitas masyarakat tersebut. Jika modal sosial di suatu kelompok atau masyarakat semakin menghilang maka segala macam bentuk kebijakan dari pemerintah dengan tujuan ingin menyejahterakan petani akan sulit untuk terealisasikan (Hasbullah, 2006: 68). Putnam (2002) menyatakan bahwa modal sosial yang tinggi akan membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai bentuk. Kondisi modal sosial di daerah pedesaaan berbeda dengan modal sosial di daerah perkotaan. Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah yang memiliki andil dalam perkembangan pertanian memiliki potensi yang cukup besar terhadap perekonomian. Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah dengan produksi kakao terbesar di Jawa Timur. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pingkatan produksi terjadi setiap tahunnya. Jumlah produksi kakao di Kabupaten Banyuwangi meningkat secara drastis pada tahun 2016 sebanyak 7.529 ton dengan luas lahan 9.538 ha. Produksi kakao meningkat sebesar 19% dari tahun sebelumnya di bandingkan dengan wilayahwilayah lainnya. Penelitian dilakukan Di Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi yang merupakan salah satu daerah penghasil kakao. Desa Jambe wangi juga menjadi salah satu desa yang masyarakatnya berkerja sebagai petani kakao. Desa Jambe Wangi juga memiliki potensi partisipasi yang cukup tinggi dalam pembangunan desa serta produktifitas kakao.ii Penelitian memiliki 2 tujuan yaitu: (1) Menganalisis pengaruh variabel modal sosial yang ada terhadap produktivitas petani kakao; dan (2) Menganalisis variabel modal sosial yang paling berpengaruh terhadap produktifitas petani kakao. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik non probability sampling jenis purposive sampling. Lokasi penelitian berada didesa Jambe Wangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Jumlah responden pada penelitian ini sebesar 60 petani kakao. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan melihat hasil pada koefisien determinasi (R2), uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji t). Pada penelitian ini menggunakan 60 responden dimana responden laki-laki menjadi mayoritas dengan sebanyak 58petani. Mayoritas responden berumur 41-50 tahun dengan rata-rata tingkat pendidikan adalah tamat sd. Berdasarkan hasil peneltian diperoleh pengaruh partisipasi, jaringan, kepercayaan terhadap produktivitas kakao, pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai F hitung sebesar 9,701 dengan nilai signifikan F sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi F < 0,05 maka diperoleh bahwa variabel modal sosial berupa jaringan, kepercayaan, partisipasi, tingkat Pendidikan, usia dan luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas petani di desa Jambe Wangi. Selain itu hasil pengujian regresi ganda menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,523 atau 52,3%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 52,3% produktivitas kakao di Desa Jambe Wangi dipengaruhi oleh ketiga variabel yang diteliti. Hasil uji parsial diperoleh nilai sig untuk variabel partisipasi, kepercayaan, jaringan yaitu 0,008; 0,008; 0,294. Untuk variabel bebas jaringan, kepercayaan mempunyai nilai sig dibawah 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kakao. Sedangkan untuk variabel bebas partisipasi, diperoleh nilai sig diatas 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kakao. Hasil peneltian juga diperoleh bahwa luas lahan menjaid variabel modal sosial yang paling berpengaruh dengan nilai koefisien regresi sebesar 430,122.