Efektivitas Tembaga Oksi Sulfat Terhadap Exobasidium Vexans Massee Penyebab Penyakit Cacar Daun Pada Tanaman Teh
Main Author: | Naibaho, Petanri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179199/1/PETANRI%20NAIBAHO%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179199/ |
Daftar Isi:
- Tanaman teh yang diusahakan secara monokultur tidak pernah lepas dari masalah penyakit tanaman. Penyakit cacar yang disebabkan jamur Exobasidium vexans Massee merupakan penyakit utama yang banyak merugikan pada tanaman teh. Kehilangan hasil yang diakibatkannya dapat mencapai 40% (Martosupono, 1995). Selain mengakibatkan penurunan produksi, penyakit cacar juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas teh-jadi yang ditandai dengan berkurangnya theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol total pada bahan baku pucuk (Gulati et al.,1993). Penyakit cacar pada tanaman teh dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai dengan 40-50% (DeWeille, 1959; Martosupono, 1995) serta dapat mengakibatkan penurunan kualitas teh-jadi. Pucukpucuk yang terserang berat akan menghasilkan teh-jadi yang kualitasnya rendah, sebagai akibat dari berkurangnya theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol total pada pucuk (Gulati et al., 1993). Penggunaan fungisida kimia sintetik, terutama fungisida berbahan aktif tembaga, merupakan cara pengendalian penyakit cacar yang umum dilakukan para pekebun teh, karena dinilai praktis serta efektif. Walaupun demikian, penggunaan fungisida kimia sintetik pada umumnya dapat mengakibatkan masalah residu di dalam tanah dan membahayakan kesehatan manusia, di samping membutuhkan biaya yang tinggi (Vanitha, 2010). Khususnya untuk fungisida tembaga penggunaannya secara terus-menerus di perkebunan teh dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti terpacunya perkembangan populasi tungau jingga (Brevipalpus phoenicis). Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemanjuran (efikasi) fungisida berbahan aktif tembaga oksi sulfat 93%. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018 di Kebun Sirah Kencong, PTPN XII, Wlingi, Kabupaten Blitar. Rancangan percobaan yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi: P1 (tanpa Tembaga Oksi Sulfat), P2 (Aplikasi Tembaga Oksi Sulfat 0.25 g/l), P3 (Aplikasi Tembaga Oksi Sulfat 0,5 g/l), P4 (Aplikasi Tembaga Oksi Sulfat 0,75 g/l), dan P5 (Aplikasi Tembaga Oksi Sulfat 1 g/l). Pola tanam yang digunakan adalah monokultur dengan satuan petak 12 m2, jumlah tanaman sebanyak + 10 pohon dan jarak antar petak minimal satu baris tanaman teh. Pelaksanaan penelitian meliputi: persiapan awal, kultivar tanaman, waktu dan banyak aplikasi, dan identifikasi daun tanaman teh. Variabel pengamatan pada penelitian ini meliputi: intensitas dan perkembangan penyakit cacar daun teh, jumlah daun tanaman teh (helai) per 100 gram, berat bobot basah, dan produksi total. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam F hitung dengan taraf 5% untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diterapkan. Selanjutnya dilakukan pengujian lanjutan dengan uji Beda Nyata Jujur dengan taraf 5%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas penyakit cacar daun pada tanaman teh yang diperlakukan dengan fungisida tembaga oksi sulfat 93% menurun dan konsentrasi yang dapat menurunkan intensitas penyakit cacar daun adalah konsentrasi 0,75 g/l dan 1 g/l.