Pengaruh Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Main Author: | Prasetyo, Pebrio Adi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179149/1/PEBRIO%20ADI%20PRASETYO%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179149/ |
Daftar Isi:
- Bawang merah ialah tanaman semusim yang termasuk ke dalam suku Liliaceae. Bawang merah ialah satu dari komoditas hortikultura yang umumnya dimanfaatkan umbinya. Bawang merah biasa digunakan sebagai bumbu masakan, selain itu juga bermanfaat menjadi obat tradisional. Bawang merah banyak dibudidayakan di Indonesia khusunya di Pulau Jawa, seperti daerah Brebes, Garut dan Malang. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka permintaan akan kebutuhan pangan juga meningkat, satu darinya ialah bawang merah. Data hasil proyeksi permintaan bawang merah di Indonesia menunjukkan konsumsi nasional (ton) pada tahun 2016 sebesar 698.178 ton dan akan meningkat pada tahun 2020 menjadi 755.687 ton. Produksi bawang merah pada tahun 2011 – 2017 mengalami peningkatan dan juga penurunan. Penurunan produksi terjadi pada tahun 2015 yang mengalami penurunan sebesar 0,39% dibanding tahun 2014. Adapun perkembangan produksi bawang merah tahun 2017 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,61%. Produksi bawang merah harus dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat. Satu dari permasalahan yang dapat menurunkan produksi bawang merah ialah gulma. Persaingan antara gulma dengan tanaman utama pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan yang terjadi menjelang panen dapat berpengaruh pada kualitas hasil sehingga dibutuhkan sebuah pengendalian gulma. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2019 di Desa Kepuharjo, dengan ketinggian tempat ± 525 m dpl, terletak di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Varietas bawang merah yang digunakan ialah varietas Tajuk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan ialah P0: tanpa pengendalian gulma (kontrol), P1: bebas gulma, P2: penyiangan 15, 30 dan 45 HST, P3: aplikasi herbisida oksifluorfen dengan dosis 1,5 l ha-1 + penyiangan 30 HST, P4: mulsa plastik hitam perak + penyiangan 30 HST dan P5: mulsa jerami padi + penyiangan 30 HST. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan gulma, pertumbuhan dan hasil bawang merah. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dengan taraf 5%, bertujuan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat beda nyata, maka dilakukan dengan uji BNT dengan taraf 5%. P2, P3, P4 dan P5 Hasil penelitian menunjukkan perlakuan bebas gulma (P1), penyiangan 15, 30 dan 45 HST (P2), aplikasi herbisida oksifluorfen dengan dosis 1,5 l ha-1 + penyiangan 30 HST, mulsa plastik hitam perak + penyiangan 30 HST (P4) dan mulsa jerami padi + penyiangan 30 HST mampu menurunkan populasi dan bobot kering gulma. Perlakuan tanpa pengendalian (P0) menunjukkan hasil nyata lebih tinggi untuk parameter panjang tanaman (cm) pada umur 45 HST. Perlakuan bebas gulma (P1) menunjukkan hasil nyata lebih tinggi untuk parameter jumlah daun pada umur 30 dan 45 HST. Perlakuan pengendalian gulma (P1, P2, P3, P4 dan P5) mampu meningkatkan parameter jumlah anakan pada umur 60 HST. Perlakuanii pengendalian gulma (P1, P2, P3, P4 dan P5) menunjukkan tidak berbeda nyata pada parameter bobot segar umbi, namun nyata lebih tinggi dari perlakuan tanpa pengendalian (P0). Perlakuan bebas gulma (P1) nyata lebih tinggi dari perlakuan lain untuk parameter bobot kering umbi pada umur 30 HST. Perlakuan bebas gulma (P1) pada komponen hasil menunjukkan hasil nyata lebih tinggi dari perlakuan yang lain meliputi bobot kering gulma (g/ tanaman), bobot kering gulma (g/ plot panen) dan hasil ubinan (ton ha-1).