Analisis Kinerja Pasar Apel Bumiaji, Kota Batu
Main Author: | Pradistya, Reyvan Maulid |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/179081/1/REYVAN%20MAULID%20PRADISTYA%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/179081/ |
Daftar Isi:
- Komoditas apel dapat menambah nilai ekonomi dan peluang bagi pelaku agroindustri khususnya pada peningkatan permintaan produk olahan apel (Septifani, et.al., 2016). Ragam unit agroindustri turut berkontribusi mendominasi sektor industri pengolahan makanan dan minuman di Kota Batu (Wati, et.al., 2014; Septifani, et.al., 2016; Alim, et.al., 2018). Data dari Badan Pusat Statistik (2018) menjelaskan bahwa Kota Batu merupakan salah satu kota penghasil apel di Jawa Timur sehingga apel dijadikan sebagai icon dari Kota Batu. Berdasarkan survei pendahuluan, didapatkan informasi bahwa apel Bumiaji didistribusikan baik dalam maupun luar wilayah Malang Raya. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mendapatkan alternatif saluran pemasaran apel yang efisien sehingga akan berdampak pada pemerataan keuntungan yang diterima masing-masing pelaku pasar. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi apel di Indonesia menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (2018) dan Badan Pusat Statistik (2018). Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode backward snowball sampling (penelusuran ke belakang). Dasar kriteria dalam penggunaan metode tersebut didasarkan untuk mendapatkan keterwakilan distribusi apel dengan muara akhir pada pedagang pengecer di beberapa pusat-pusat perdagangan wilayah Malang Raya. Dari metode tersebut diperoleh responden sebanyak 25 pedagang pengecer, 2 tengkulak, 3 unit agroindustri, 4 pengepul dan 18 petani apel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah wawancara dan dokumen arsip. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis Total Gross Marketing Margin, analisis keuntungan pemasaran dan analisis Marketing Efficiency Index. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan analisis Total Gross Marketing Margin paling rendah pada musim panen pertama pada saluran pemasaran dalam wilayah Malang Raya diraih oleh saluran pemasaran 3 (petani - konsumen industri) dengan nilai TGMM sebesar 80,00%. dan bagian produsen (Producer’s Participation) sebesar 20,00%. Hal tersebut dikarenakan harga jual pada musim panen pertama relatif rendah. Sedangkan pada musim panen kedua, nilai Total Gross Marketing Margin paling rendah diraih oleh saluran pemasaran 3 (petani - konsumen industri) dengan nilai TGMM sebesar 50,00% dengan bagian produsen (Producer’s Participation) sebesar 50,00%. Adapun karakteristik pelaku maupun pihak yang berpartisipasi pada saluran pemasaran 3 ialah petani dan pelaku agroindustri dengan usia produktif dengan pengalaman usaha lebih dari 10 tahun. Selain itu, fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku agroindustri lebih sedikit daripada pelaku pasar lainnya. Sedangkan pada saluran pemasaran luar wilayah Malang Raya, nilai Total Gross Marketing Margin (TGMM) paling rendah musim panen pertama diraih oleh saluran pemasaran 2V (petani - tengkulak - pedagang luar pulau) dengan nilai TGMM sebesar 63,64% dan bagian produsen (Producer’s Participation) sebesar 36,36%. Kemudian pada musim panen kedua, nilai Total Gross Marketing Margin (TGMM) paling rendah pada saluran pemasaran luar pulau diraih oleh saluran pemasaran 2 (petani - tengkulak - pedagang luar pulau) dengan nilai TGMM sebesar 16,67% dan bagian produsen (Producer’s Participation) sebesar 83,33%. Adapun karakteristik pihak atau pelaku pasar yang berpartisipasi pada saluran pemasaran 2 adalah petani dan lembaga pemasaran tergolong kedalam usia produktif dengan pengalaman usaha yang dimiliki lebih dari 20 tahun dengan tingkat pendidikan yang ditempuh adalah pendidikan tinggi (S1). Kemudian, pada analisis keuntungan pemasaran pada musim panen pertama, baik dalam wilayah Malang Raya dan luar wilayah Malang Raya memiliki kinerja pasar buruk. Hal tersebut dibuktikan dengan rasio keuntungan per rupiah biaya yang diterima petani rendah sebesar 1.18 bila dibandingkan dengan rasio yang diterima lembaga pemasaran sebesar 4,95. Hasil tersebut dapat pula diinterpretasikan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan oleh produsen (biaya produksi maupun biaya pemasaran) sebesar Rp 1, maka produsen akan menikmati keuntungan sebesar Rp 1.18. Sedangkan, pada musim panen kedua, baik pada saluran pemasaran dalam wilayah maupun luar wilayah Malang Raya memiliki kinerja pasar baik. Saluran pemasaran 1 dan 3 (dalam wilayah) memiliki proporsi keuntungan yang merata. Adapun karakteristik pelaku maupun pihak yang berpartisipasi pada saluran pemasaran 1 dan 3 (dalam wilayah) dan saluran pemasaran 2 (luar wilayah) ialah petani dan pelaku agroindustri dengan usia produktif dengan pengalaman usaha lebih dari 10 tahun sehingga mampu memperhitungkan biaya dan keuntungan secara optimal. Kemudian, pada analisis Marketing Efficiency Index (MEI) pada musim panen pertama, hampir semua saluran baik dalam maupun luar wilayah mendapatkan nilai MEI dibawah 1 artinya kinerja pasar terbilang tidak efisien. Namun, pada musim panen kedua, didapatkan saluran pemasaran lokal yang paling efisien diraih oleh saluran pemasaran 3 (petani - konsumen industri) dengan nilai MEI sebesar 2,00. Saluran pemasaran 3 merupakan saluran terpendek dalam wilayah Malang Raya. Sedangkan, pada saluran pemasaran luar pulau yang paling efisien diraih oleh saluran pemasaran 2 (petani - tengkulak - pedagang luar pulau) dengan nilai MEI sebesar 5,00. Berdasarkan analisis kinerja pasar secara keseluruhan, dari ketiga indikator dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar apel dilihat dari musim panen pertama terbilang buruk baik pada saluran pemasaran dalam wilayah maupun luar wilayah Malang Raya. Hal ini dikarenakan hampir semua indikator memilki kinerja yang buruk. Kemudian, pada musim panen kedua dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar apel terbilang baik pada luar wilayah dan buruk pada dalam wilayah Malang Raya. Dari temuan hasil penelitian ini, disarankan untuk produsen apel dapat menggunakan alternatif saluran pemasaran yang efisien yakni saluran pemasaran 3 (petani - konsumen industri). Sedangkan, pada luar wilayah Malang Raya ialah saluran pemasaran 2 (petani - tengkulak - pedagang luar pulau). Mengingat, berdasarkan hasil penelitian pada indikator Total Gross Marketing Margin (TGMM) dan nilai Marketing Efficiency Index (MEI) dapat disarankan bagi Dinas Pertanian Kota Batu dan kelompok tani setempat perlu menyediakan fasilitas pasar berupa koperasi petani apel agar pemasaran dapat efisien.