Masberto Kota Malang (Perspektif Cultural Studies Pada Masyarakat Bertato Di Kota Malang)

Main Author: Krisna, Hasti Ira
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/178557/
Daftar Isi:
  • Praktik tato sudah dilakukan sejak jaman dahulu oleh berbagai suku di dunia. Awalnya praktik tato ini digunakan dalam upacara-upacara adat dan memiliki makna sakral bagi kelompok suku tertentu. Namun seiring berkembangnya jaman, tato berlahan mengalami perubahan makna. Di dunia modern sekarang, tato oleh sebagian masyarakat besar dipandang sebagai sebuah penyimpangan. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan sejarah tato yang menunjukkan maraknya pengguna tato berasal kelas bawah seperti para pelaut, kriminal, wanita nakal dan sebagainya. Selain itu juga tidak lepas dari pengaruh media massa yang kerap kali menunjukkan pemberitaan kriminal khususnya di berbagai media audiovisual dengan menyoroti bagian tubuh para pelaku kriminal bertato. Di sisi lain, meskipun ada anggapan negatif terhadap tato, penggunanya dari waktu ke waktu semakin bertambah mulai dari pekerja seni, atlit, hingga mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan konsep cultural studies Chichago School. Peneliti mencoba untuk mendeskripsikan bagaimana tato dalam pandangan Masyarakat Bertato (Masberto) Kota Malang. Untuk mendapatkan deskripsi tersebut, peneliti menggunakan metode fenomenologi dalam mendapatkan pengalaman sadar dari Masberto Kota Malang atas tato yang mereka miliki. Dari pengalaman sadar Masberto tersebut, peneliti mencoba untuk menjelaskan makna dari tato yang mereka miliki menggunakan pendekatan komunikasi ritual dan interaksionisme simbolik. Hasil dari penelitian ini tato merupakan sebuah produk dari interaksi sosial, di mana Masberto mendapatkan informasi mengenai tato dari proses interaksi mereka dengan lingkungan keluarga dan juga lingkungan sekitar. Penelitian ini juga menemukan bahwa Masberto menyadari penuh sejumlah dampak dari keputusan mereka bertato, seperti mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, lalu juga terbatasnya lapangan pekerjaan. Namun mereka memutuskan mengambil resiko itu karena mereka memiliki keyakinan bahwa tato bukanlah sebuah hal yang negatif, di mana mereka melihat tato sebagai sebuah sarana untuk mengekspresikan diri. Masberto juga percaya bahwa jika mereka bisa menjaga perilaku dan sikap mereka, maka penolakan baik dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar perlahan tapi pasti akan berkurang.