Aktivitas Polisakarida Ekstraseluler (Eps) Mikroalga Porphyridium Cruentum Sebagai Imunostimulan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Diinfeksi Bakteri Vibrio harveyi

Main Author: Mutmainnah, Nurul
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/178404/
Daftar Isi:
  • Infeksi vibriosis oleh bakteri Vibrio harveyi masih menjadi pembahasan penting dalam perkembangan budidaya udang vaname Litopenaeus vannamei. Berbagai upaya terus dilakukan sebagai bentuk pencegahan, salah satunya dengan pemberian imunostimulan yang memanfaatkan mikroalga merah Porphyridium cruentum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan imunostimulan ekstrak metabolit sekunder Extracelluler Polysaccharide Sulphate (EPS) P. cruentum terhadap respon imun non spesifik udang vaname meliputi Total Haemocyte Count (THC), Differential Hemocyte Count (DHC), Phagocytotic Activity (PA) dan Respiratory Burst (RB), serta mengamati histologi organ hepatopankreas setelah diinfeksi Vibrio harveyi 107 sel/ml. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dosis 0 ppt, 10 ppt, 12 ppt, dan 15 ppt, sebanyak tiga kali ulangan. Udang vaname yang digunakan berukuran 7 cm dengan berat 5 gram. EPS diberi dengan metode perendaman pada hari ke 1 dan booster pada hari ke 8. Pada hari ke 9 setelah diinfeksi dengan V. harveyi, hemosit udang diambil untuk diuji. Sebelumnya pertumbuhan mikroalga diamati selama 14 hari hingga ditemukan siklus pertumbuhan dan kelimpahan optimumnya. Pertumbuhan mikroalga selama 14 hari dengan kepadatan stock kultur 15%, 20%, dan 25% diperoleh optimum pertumbuhan masing-masing pada hari ke 16, 12 dan 10, dengan masing-masing titik optimum kelimpahan sebesar 558260,32 sel/ml, 742203,18 sel/ml, dan 912565,14 sel/ml. Hasil pengamatan nilai THC, PA dan RB pada pemberian imunostimulan sebelum diinfeksi, dimana dosis EPS 15 ppt menunjukkan hasil tertinggi untuk semua hari dengan nilai THC pada hari 1 sebesar 50,2 x 105 sel/ml dibanding kontrol sebesar 40,1 x 105 sel/ml, nilai PA pada hari 1 sebesar 22,9% dibandingkan kontrol sebesar 12,3%, sedangkan nilai RB hari 1 sebesar 0,511 dengan kontrol sebesar 0,378. Hari ke 9 pasca infeksi pada dosis EPS 15 ppt diperoleh nilai THC dan RB mengalami penurunan. Nilai THC diperoleh sebesar 43,2 x 105 sel/ml dan kontrol 23,7 x 105 sel/ml, sedangkan nilai RB sebesar 0,383 dengan kontrol 0,295. Berbeda dengan nilai DHC dimana terbagi ke dalam tiga jenis sel antara lain sel Hyalin, sel Semi Granular, dan sel Granular. Pada perlakuan pemberian EPS 15 ppt hari 1 diperoleh nilai sel hyalin lebih rendah dibanding perlakuan lainnya bahkan kontrol, namun pada hari ke 9 setelah infeksi dengan pemberian EPS 15 ppt mampu meningkatkan nilai sel hyalin menjadi 55,1% dari hari ke 1 sebesar 24,3%. Sel semi granular dengan pemberian EPS 15 ppt diperoleh nilai semakin menurun pasca infeksi yaitu 8,10% dari hari ke 1 sebesar 11,50%. Selanjutnya sel granular menunjukkan hasil yang sebaliknya, dimana pada pemberian EPS 15 ppt hari ke 1 diperoleh nilai tertinggi sebesar 64,20%, namun mengalami penurunan pada hari ke 9 pasca infeksi dengan nilai sebesar 47,20%. Meskipun demikian, nilai sel granular dengan pemberian EPS 15 ppt adalah yang tertinggi x untuk semua hari. Hasil ini menunjukkan bahwa EPS memiliki kemampuan sebagai imunostimulan, meskipun terjadi penurunan setelah diinfeksi, namun nilai yang diperoleh tidak lebih rendah dari nilai kontrol. Hasil pengamatan kondisi histologi jaringan hepatopankreas udang vaname, diketahui bahwa hampir pada seluruh perlakuan ditemukan jenis kerusakan sel yang sama yaitu adanya vakuolisasi, edema, lisis dan nekrosis. Namun demikian pada perlakuan 0 dan 10 ppt, ditemukan tingkat kerusakan yang lebih parah dibanding kedua perlakuan lainnya (15 dan 12 ppt). Pada perlakuan 0 ppt ditemukan kerusakan vakuolisasi, lisisi, edema dan nekrosis dengan skoring kerusakan masing-masing sebesar 46%, 22%, 16%, dan 45%, sedangkan perlakuan 10 ppt ditemukan kerusakan lisis, edema dan nekrosis dengan skoring kerusakan masing-masing sebesar 16%, 55%, dan 42%. Hasil tersebut diatas mengindikasikan bahwa pemberian imunostimulan EPS, mampu merangsang aktivitas imun non-spesifik pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang ditandai dengan peningkatan nilai parameter imun, dan kondisi histologi hepatopankreas yang lebih baik dari kontrol yaitu 0 ppt. Namun demikian, masih perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemberian imunostimulan EPS pada udang vaname, sehingga dapat diketahui kondisi maksimal udang vaname dari dosis maksimal pemberian imunostimulan EPS.