Aspek Kekerabatan, Identitas, Peran Sosial, Dan Kekuasaan Dalam Pembentukan Ruang Komunitas Sikep

Main Author: Akbar, M. Wildan Ilhami
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/178396/1/M.%20WILDAN%20ILHAMI%20AKBAR%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/178396/
Daftar Isi:
  • Indonesia telah berjuang melawan kolonial Belanda sejak tahun 1602. Selama masa perjuangan terhadap kolonial Belanda, muncul banyak gerakan-gerakan sebagai bentuk sebuah resistensi dari kehadiran pihak kolonial. Salah satunya dengan munculnya gerakan sikep atau yang biasa disebut dengan Samin. Gerakan sikep merupakan gerakan yang muncul dari masyarakat menengah ke bawah yang berasal dari kaum petani yang awalnya mempunyai kepercayaan kejawen. Ajaran sikep merupakan gerakan yang diprakarsai oleh Samin Surosentiko berdasarkan faktor ekonomi. Samin sendiri merupakan seorang petani yang hidup di dalam lingkungan sangat sederhana. Ajaran sikep merupakan gerakan yang dipimpin oleh satu orang yang dianggap sesepuh dalam mempertahankan martabatnya. Pada umumnya orang mengetahui sikep merupakan sebuah cara berkehidupan, pandangna mereka tentang kehidupan. Tetapi tidak mengetahui terdapat sebuah kekuasaan dan peran sosial dari sebuah garis keluarga yang mempengaruhi ajaran sikep itu sendiri. Keseharian pengikut ajaran sikep, sesepuh bertanggung jawab atas segala yang berhubungan dengan ajaran sikep dengan menciptakan identitas berupa sebuah acara rutin yang dilakukan tiap bulan dan tahun. Konsep dari ajaran sikep pada kehidupan di komunitas sikep mendorong terciptanya ruang dalam permukiman di komunitas sikep. Tercermin pada dilakukan acara ritual bulanan yang dimana terdapat interaksi antara manusia dan elemen fisik-non fisik didalamnya. Aspek apa yang membentuk sebuah ruang dan bagaimana ruang tersebut terbentuk? Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek-aspek dan mendeskripsikan proses pembentukan ruang di komunitas sikep di dukuh Karangpace, desa Klopoduwur, Blora. Penelitian ini merupakan penelitian antropologi-arsitektur, dengan menggunakan metode kualitatif-induktif dengan pendekatan eksploratif-deksriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan partisipasi aktivitas yang divalidasi dengan pendalaman materi melalui keyperson. Analisis dilakukan dengan interpretasi atas sumber,pemilihan tema, disistematiskan dan mengikhtisarkan wawancara dan pengamatan di lapangan. Interpretasi hasil dengan cara membahas tema dari hasil analisis dengan teori, kemudian di interpretasikan, di kristalisasi, dan di labelisasi. Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa dalam pembentukan ruang fisik non-fisik memiliki aspek kekerabatan, identitas, peran sosial, dan kekuatan didalamnya. Ruang semakin kuat ketika terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitar mulai dari berjalan menuju prapatan hingga berdoa di prapatan.