Pengaruh Panjang Penyaluranpada Metode Concrete Jacketing Bertulangan Bambu Terhadap Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang

Main Author: Nugroho, Heru Prasetyo
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/178095/
Daftar Isi:
  • Akhir-akhir ini pembahasan tentang perkuatan struktur dengan berbagai metode menjadi bahasan yang sangat menarik. Pembebanan yang melebihi dari kapasitas rencana (overloading) baik dari segi beban layan maupun beban gempa dapat menyebabkan kegagalan pada struktur. Selain itu, kesalahan dalam prosedur pengerjaan yang mengakibatkan cacat pada struktur maupun faktor lingkungan seperti serangan asam juga menjadi penyebabkan kegagalan struktur. Oleh karena itu, upaya perkuatan struktur menjadi jalan keluar demi memenuhi keamanan dan kenyamanan suatu struktur. Banyak metode yang telah dilakukan untuk memberikan perkuatan pada struktur yang mengalami kerusakan baik perkuatan internal, perkuatan eksternal, hingga perkuatan dengan menambah elemen lain. Pemilihan metode ini didasari pada bentuk kerusakan dari struktur, elemen struktur yang diperkuat, hingga biaya dan dampaknya terhadap lingkungan. Hal ini dilakukan agar mampu meningkatkan kekuatan balok beton bertulang. Hasil eksperimen uji lentur balok dengan pembebanan pertama mencapai kondisi puncak diperbaiki dengan variasi panjang tulangan 80 cm mengalami penurunan kapasitas lentur rata-rata 4,15% dengan rentang diantara -12,77% sampai 9,49% terhadap balok eksisting. Kelompok balok kedua dengan pembebanan mencapai kondisi puncak diperbaiki dengan panjang tulangan 60 cm mengalami kenaikan kapasitas lentur rata-rata 0,11% dengan rentang sebesar –5,06% sampai 5,95%. Sedangkan kelompok balok ketiga mengalami penurunan kapasitas lentur rata-rata 14,06% dengan rentang diantara -33,72% sampai10,59% terhadap balok eksisting. Kegagalan bondslip yang terjadi terlebih dahulu menyebabkan penurunan kapasitas lentur pada beberapa balok setelah di retrofit. Hal ini menimbulkan perbedaan dengan hipotesis awal, dimana kapasitas lentur akan meningkat setelah di berikan perbaikan retrofit. Balok dengan panjang penyaluran 80 cm memiliki nilai kapasitas lentur paling tinggi jika dibandingkan balok dengan panjang penyaluran 60 dan 40 cm yaitu masing-masing sebesar 3,75% dan 13,54%. Balok dengan panjang penyaluran 60 cm memiliki nilai kapasitas lentur lebih tinggi dari kapasitas lentur balok dengan panjang penyaluran 40 cm dengan selisih sebesar 9,44%. Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin panjang penyaluran tulangan bambu akan meningkatkan kapasitas lentur balok dengan metode concrete jacketing. Ada beberapa sebagian kecil pola retak balok retrofit yang mengikuti pola retak balok eksisting. Perbedaan antara pola retak pada balok eksisting dan balok retrofit adalah adanya perpindahan retak utama lentur, dimana retak utama pada balok eksisting terjadi pada bawah beban terpusat (di sekitar tengah bentang balok) dan retak utama lentur pada balok retrofit terjadi pada bagian balok yang mengalami de-bonding antara beton lama dan mortar.