Studi Ekstrak Etanol Daun Azadirachta indica terhadap Aktivitas Aspartate Transaminase/Alanine Transaminase dan Kadar Alfa Fetoprotein pada Hewan Model Karsinoma Hepatoseluler
Main Author: | Raissa, Ricadonna |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/178087/1/Ricadonna%20Raissa%20%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/178087/ |
Daftar Isi:
- Karsinoma hepatoseluler merupakan tumor ganas hepar primer berasal dari hepatosit. Obat antikanker dari herbal dibutuhkan karena mempunyai efek samping yang minimal dan harga produksi yang lebih rendah daripada menggunakan obat kemoterapi. Tanaman Azadirachta indica mempunyai potensi sebagai obat antikanker. Tanaman ini merupakan tanaman spesies asli Indonesia dan spesies eksotis Filipina. Perbedaan tempat asal tumbuh akan mempengaruhi kadar metabolit sekunder tanaman yang dipengaruhi oleh iklim, faktor genetik, lingkungan, kadar kimia tanah makro. Penelitian ini bertujuan mendapatkan obat antikanker herbal dari daun Azadirachta indica dari Indonesia (EEAII) dan Filipina (EEAIF) yang memiliki efek berpotensi sebagai antikanker paling baik. Pada penelitian ini, digunakan dietilnitrosamin (DEN) dan karbon tetraklorida (CCl4) sebagai induktor karsinoma hepatoseluler pada hepar tikus (Rattus norvegicus) jantan. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, tahapan pertama; yaitu pembuatan EEAII dan EEAIF; tahapan kedua, yaitu penelitian in silico interaksi ikatan senyawa bioaktif Azadirachta indica terhadap protein anti-apoptosis Bcl-2; tahapan ketiga, yaitu penelitian in vivo potensi EEAII dan EEAIF terhadap tikus jantan Rattus norvegicus model karsinoma hepatoseluler dengan menganalisa aktivitas enzim aspartat aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT) dan kadar alpha fetoprotein (AFP). Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus (Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi DEN + CCl4 yang dibagi dalam enam kelompok terapi dan masing – masing kelompok 4 ekor. Kelompok terapi pertama menggunakan EEAII dosis 500 mg/kgBB/hari, kelompok terapi kedua menggunakan EEAIF dosis 500 mg/kgBB/hari, kelompok terapi ketiga menggunakan obat standar Sorafenib 15 mg/hari, kelompok terapi keempat menggunakan EEAII dosis 500 mg/kgBB + Sorafenib 15 mg/hari, kelompok terapi kelima menggunakan EEAIF dosis 500 mg/kgBB + Sorafenib 15 mg/hari dan kelompok kontrol negatif. Terapi dilakukan selama 30 hari. Hasil terapi karsinoma hepatoseluler pada dosis EEAIF + Sorafenib memiliki presentase penurunan aktivitas AST yang mendekati kemampuan obat standar sorafenib sedangkan untuk presentase penurunan aktivitas ALT yang mendekati kemampuan obat standar sorafenib pada dosis EEAIF. Presentase penurunan kadar AFP terbaik ada pada dosis EEAIF. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa EEAI mengandung senyawa betulin, lupeol, sesamolin, epicatechin yang terbukti menghabat protein anti-apoptosis Bcl-2, menurunkan aktivitas AST/ALT dan kadar AFP pada tikus jantan Rattus norvegicus yang mendapat terapi ekstrak etanol Azadirachta indica.