Pengembangan Metode Penentuan Hidrokuinon Menggunakan Flow Injection Analysis (FIA) – Spektrofotometri
Main Author: | Fahmi, Muhammad Iqbal |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/177462/ |
Daftar Isi:
- Hidrokuinon (HQ) merupakan senyawa yang sering digunakan pada kosmetik seperti krim atau sabun pemutih karena dapat menghambat enzim tirosinase dalam pelbentukan melanin (penghasil pigmen). Senyawa ini berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi bahkan kanker kulit. Oleh karena itu Uni Eropa dan BPOM melarang pengunaanya di dalam kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan metode penentuan hidrokuinon yang efektif dan efisien menggunakan system flow injection analysis (FIA) dengan detektor spektrofotometer UV-Vis. Prinsip dari penelitian ini adalah pembentukan kompleks antara hidrokuinon dengan floroglusinol pada kondisi basa NaOH kemudian dideteksi pada panjang gelombang 493 nm. Sistem FIA dipengaruhi oleh faktor operasional seperti mixing coil, volume sampel dan laju alir serta faktor kimia yaitu konsentrasi NaOH dan Floroglusinol. Parameter yang dipelajari pada penelitian ini adalah pengaruh faktor operasional dan kimia kemudian penentuan kisaran konsentrasi, batas deteksi, selektivitas, dan uji validasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor operasional dan kimia berpengaruh terhadap analisis hidrokuinon. Panjang mixing coil berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan sampel untuk bereaksi dengan reagen dengan cara pengocokan. Semakin panjang mixing coil reaksi akan maksimum dengan peningkatan absorbansi. Akan tetapi mixing coil yang terlalu panjang dapat meningkatkan terjadinya dispersi larutan sampel sehingga bisa menurunkan sensitivitas pengukuran. Panjang mixing coil-1 50 cm dan mixing coil-2 100 cm dipilih karena menunjukkan dispersi yang minimum dilihat dari tingginya absorbansi yang dihasilkan. Volume sampel (sample loop) digunakan untuk mengetahui jumlah sampel yang digunakan untuk mencapai kesetimbangan mol dengan pereaksi (floroglusinol) pada kondisi basa. Volume sampel 100 μL dipilih karena kesetimbangan mol untuk bereaksi maksimum sudah tercapai dilihat dari tingginya absorbansi yang diperoleh. Selain itu, volume sampel optimum juga ditentukan berdasarkan bentuk puncak yang tidak terbelah dan keterulangan yang baik. Laju alir berpengaruh terhadap sensitivitas pengukuran karena berhubungan dengan waktu reaksi dan dispersi larutan. Penambahan waktu reaksi (laju alir) tidak meningkatkan absorbansi tetapi meningkatkan waktu analisis sampel. Oleh karena itu laju alir 2,8 ml/menit dipilih karena menghasilkan absorbansi yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan hasil absorbansi dari laju alir 1,5 dan 5 mL/menit. Selain itu, laju alir 2,8 mL/menit mempunyai waktu analisis yang relatif cepat yaitu 30 detik per sampel. Konsentrasi floroglusinol berpengaruh terhadap pembentukan kompleks HQ-PG yang maksimum. Peningkatan konsentrasi floroglusinol meningkatkan absorbansi hingga konsentrasi 150 mg/L. Sedangkan penambahan floroglusinol diatas konsentrasi 150 mg/L tidak menambah terbentuknya kompleks HQ-PG akan tetapi mengakibatkan terjadi pengenceran sehingga konsentrasi floroglusinol yang dipilih adalah 150 mg/L. Konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap intensitas warna kompleks yang terbentuk karena reaksi floroglusinol dan hidrokuinon sangat dipengaruhi oleh kondisi basa. Floroglusinol akan membentuk ionya pada kondisi basa sebelum bereaksi dengan hidrokuinon membentuk kompleks HQ-PG. Oleh karena itu konsentrasi NaOH 0,05 M adalah konsentrasi optimum NaOH dalam menghasilkan kompleks yang maksimum. Pada kondisi optimum, metode FIA-Spektrofotometri menghasilkan sinyal yang linier pada kisaran konsentrasi 2 – 80 mg/L dengan persamaan linier y = 0,039x dengan koefisien determinasi R2 0,9981. Metode FIA-spektrofotometri juga telah diuji selektivitasnya terhadap penambahan senyawa asam askorbat dan resorsinol. Senyawa asam askorbat (vitamin C) tidak mengganggu dalam analisis hidrokuinon hingga penambahan konsentrasi 50 mg/L. Sedangkan penambahan senyawa resorsinol tidak mengganggu pada konsentrasi 10 dan 20 mg/L akan tetapi dapat mengganggu analisis hidrokuinon pada konsentrasi 50 mg/L. Validitas pengukuran hidrokuinon pada sampel kosmetik dilakukan dengan metode adisi standar sehingga didapatkan nilai recovery sebesar 95,12 % yang menunjukkan bahwa metode FIA-Spektrofotometri dapat digunakan sebagai metode alternatif penentuan hidrokuinon.