Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan terjadinya kekambuhan pada pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bantur Malang

Main Author: Cempaka, Anindya Arum
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/177364/
Daftar Isi:
  • World Health Oganization menyatakan bahwa 24 juta penduduk di dunia menderita skizofrenia pada usia antara 15 sampai dengan 35 tahun. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil dan gangguan jiwa terbanyak adalah skizofrenia. Pasien dengan diagnosis skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit. Puskesmas Bantur merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Malang dengan jumlah penderita skizofrenia 124 penderita. Dibandingkan tahun 2016, jumlah penderita skizofrenia yang mengalami kekambuhan mencapai 50%. Kekambuhan meningkatkan beban pengasuhan dan beban ekonomi yang signifikan bagi keluarga dan masyarakat karena jika pasien mengalami rehospitalisasi atau kembali menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa maka akan menambah biaya yang harus dikeluarkan keluarga untuk pengobatan. Penelitian ini berfokus pada kekambuhan pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bantur Malang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bantur Malang. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 83 caregiver pasien skizofrenia di lima desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Bantur Malang yang diperoleh dengan teknik total sampling. Pengumpulan data diperoleh menggunakan instrumen lembar kuesioner. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Pada uji validitas , pada kuesioner pengetahuan keluarga, r hitung terkecil sebesar 0,673 dan r hitung terbesar sebesar 0,793. Sedangkan pada kuesioner kepatuhan minum obat, r hitung terkecil sebesar 0,653 dan r hitung terbesar sebesar 0,885. Pada kuesioner ekspresi emosi r hitung terkecil sebesar 0,633 dan r hitung terbesar sebesar 0,886. Karena nilai masing-masing korelasi (r) yang didapatkan lebih besar dari r tabel maka didapatkan bahwa semua item pertanyaan valid. Sedangkan untuk mengetahui suatu instrumen yang digunakan reliabel atau tidak reliabel maka digunakan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Oleh karena nilai koefisien reliabilitas pada kuesioner pengetahuan keluarga, kepatuhan minum obat, dan ekspresi emosi lebih besar dari 0,6 , maka instrumen untuk mengukur kepatuhan minum obat dinyatakan reliabel. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret 2018, data yang terkumpul dianalisis menggunakan aplikasi SPSS versi 15. Analisis dilakukan secara univariat untuk melihat deskriptif statistik data penelitian, analisis bivariat dengan uji korelasi chi-square untuk melihat hubungan antar variabel dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik dengan metode Enter. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat (p=0.000), ekspresi emosi (p=0.000), dan onset skizofrenia (p=0.042) dengan kekambuhan pasien skizofrenia. Ketidakpatuhan minum obat mencetuskan kekambuhan karena obat antipsikotik berperan dalam menormalkan neurotransmiter di otak sehingga gejala skizofrenia baik gejala positif ataupun negatif tidak muncul. Sedangkan ekspresi emosi yang tinggi seringkali menyebabkan kekambuhan karena kritik verbal agresif yang dimunculkan caregiver dan atau anggota keluarga lainnya. Onset yang timbul pertama kali pada skizofrenia sering ditemukan pada usia remaja atau dewasa muda namun terlambat ditangani sehingga perjalanan penyakitviii menjadi kronik dan kekambuhan menjadi sering. Sedangkan hubungan antara pengetahuan caregiver (p=0.208) tidak memiliki hubungan dengan kekambuhan pasien skizofrenia. Alasan kenapa dalam penelitian ini pengetahuan tidak berpengaruh dalam kekambuhan pasien adalah walaupun pengetahuan caregiver tinggi tetapi kepatuhan minum obat penderita tetap rendah sehingga tetap terjadi kekambuhan. Hasil uji regresi logistik didapatkan data yang memiliki pengaruh terbesar dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah kepatuhan minum obat dengan nilai (Exp(B)=29.363) disusul oleh ekspresi emosi (Exp(B)= 0.051). Dari hasil tersebut diketahui jika kepatuhan minum obat menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam kekambuhan pasien skizofrenia. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan dan keluarga pasien skizofrenia dalam merawat pasien skizofrenia khususnya terhadap pencegahan kekambuhan. Dalam hal ini, variabel yang berhubungan secara statistik yaitu ketidakpatuhan minum obat, ekspresi emosi dan onset skizofrenia dapat diterapkan dalam merawat pasien baik saat rawat inap atau saat pasien rawat jalan khususnya dalam memberikan edukasi pada caregiver, keluarga pasien dan pasien