Proses Desain Pesan Pada Wayang Kulit Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan ( Studi Fenomenologi Pada Wayang Kulit Kreasi dr. Djoko Santoso M.Kes, DAHK )
Main Author: | Putra, Endry |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/177290/ |
Daftar Isi:
- Wayang kulit adalah salah satu bukti kreasi seni negara Indonesia yang sudah diakui dunia. Dalam dunia pagelaran wayang kulit, ada sosok sentral yang berperan penting sebagai sutradara, pengisi suara, pemain, penyanyi, dan pemimpin gamelan, serta pemberi jiwa pada wayang dan pelakunya yang disebut dengan dalang. Di kota Batu Jawa Timur, terdapat sosok unik yang menyebut dirinya cendikiawan pelestari warisan budaya. Beliau adalah seorang dokter dan juga seorang dalang. Keunikan beliau adalah menyinkronkan dua profesi yang berbeda dengan menjadikan wayang kulit sebagai media penyuluhan kesehatan. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana proses desain pesan yang dilakukan oleh dr. Djoko Santoso selaku narasumber dalam menggunakan wayang kulit sebagai media penyuluhan kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretif dengan tipe varisasi fenomenologi. Penelitian ini menggunakan seorang informan utama, yaitu dr. Djoko Santoso yang dipilih dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara interview mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Lokasi penelitian berada di Sanggar Laras Adi Mulya yang juga tempat tinggal informan utama. Teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan tataran analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa narasumber melakukan proses desain pesan sebelum melakukan suatu pagelaran wayang kulit. Perlakuan yang dilakukan oleh narasumber dalam mendesain pesan kemudian disebut dengan observasi pra-pagelaran. Observasi pra-pagelaran ini berisi beberapa tahap yaitu: (1) fase identifikasi lokasi, (2) fase konstruksi isu, dan (3) fase pemahaman budaya. Narasumber cenderung menggunakan pesan verbal yang mudah dimengerti audience dalam menyampaikan penyuluhan kesehatan. Pada desain pesan non verbal, narasumber menciptakan wayang dengan desain pakaian ala dokter dan suster untuk mempertegas kesan medis. Penyuluhan kesehatan biasanya dilakukan pada saat sesi bebas sebuah pagelaran. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa narasumber ternyata dapat memberikan penyuluhan kesehatan diluar sesi bebas tersebut dikarenakan memiliki kemampuan improvisasi yang tinggi.