Pengaruh Ekstrak Etanol Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Kadar FSH dan Jumlah Folikel Antral pada Tikus (Rattus norvegicus) Model Hipoestrogen dengan DMPA
Main Author: | Ardela, Mayasari Putri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/177100/1/Mayasari%20Putri%20Ardela%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/177100/ |
Daftar Isi:
- Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu upaya untuk mengatur kehamilan, persalinan, jarak antar kehamilan, serta usia ideal melahirkan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas Salah satu metode kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah kontrasepsi hormonal suntik Depot-Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) dengan dosis intramuskular 150 mg yang disuntikkan setiap 3 bulan. Mekanisme kerja DMPA dengan menghambat pelepasan dan sekresi GnRH dengan kadar FSH dan LH yang rendah sehingga mencegah terjadinya ovulasi. DMPA juga menyebabkan penebalan lendir serviks untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fertilisasi. Paparan progesteron sintetik mengakibatkan kadar estradiol dalam tubuh menurun (hipoestrogen) sehingga dapat menurunkan fungsi reproduksi karena berkurangnya jumlah folikel pada ovarium. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan DMPA dapat memanfaatkan bahan alami berupa fitoestrogen yang merupakan senyawa non-steroid dari tanaman yang secara struktur kimia dan fungsional menyerupai 17β-estradiol. Bengkuang (Pachyrhizus erosus) diketahui mengandung senyawa isoflavon dengan struktur kimia menyerupai 17β-estradiol dan memiliki khasiat seperti hormon estrogen yang mampu menimbulkan efek seperti estrogen endogen. Jika kondisi hipoestrogen menjadi penyebab terhambatnya fungsi ovarium, maka secara logis terapi estrogen dapat meringankan dampak dari penggunaan DMPA. Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experimental dengan menggunakan desain post test only control group design untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap kadar FSH dan jumlah folikel ovarium pada tikus (Rattus norvegicus) model hipoestrogen yang dipapar dengan DMPA. Hewan coba yang digunakan adalah tikus betina (Rattus norvegicus) galur Wistar berjumlah 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kotrol negatif (KN) yang tidak dipapar DMPA dan tidak diberi ekstrak etanol bengkuang, kelompok kontrol positif (KP) yang hanya dipapar DMPA dengan dosis 2,7 mg tanpa diberi ekstrak etanol bengkuang, kelompok perlakuan 1 (P1) yang dipapar DMPA dan diberi ekstrak etanol bengkuang dosis 70 mg/200 g BB/hari, kelompok perlakuan 2 (P2) yang dipapar DMPA dan diberi ekstrak etanol bengkuang dosis 140 mg/200 g BB/hari, serta kelompok perlakuan 3 (P3) yang dipapar DMPA dan diberi ekstrak etanol bengkuang dosis 280 mg/200 g BB/hari. Paparan DMPA dilakukan setiap 3 hari dan diulang sebanyak 4 kali penyuntikan yang disesuaikan dengan penggunaan DMPA pada manusia selama 1 tahun. Hal ini bertujuan untuk menjadikan tikus sebagai hewan model hipoestrogen. Ekstrak etanol bengkuang (Pachyrhizus erosus) diberikan setiap hari selama 14 hari sesuai dengan dosis pada tiap kelompok perlakuan kecuali pada KP dan KN. Pembedahan dilakukan pada fase proestrus dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar FSH dengan menggunakan metode ELISA, sedangkan ovarium diambil untuk selanjutnya dilakukan pembuatan preparat histopatologis dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE) lalu dihitung jumlah folikel antral. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paparan DMPA dapat menurunkan kadar FSH dan jumlah folikel ovarium. Terbukti rerata kadar FSH dan jumlah folikel ovarium pada KP lebih rendah dibandingkan dengan KN (independent sample t test p < 0.05). Selanjutnya penelitian ini membuktikan pemberian ekstrak etanol bengkuang dapat meningkatkan kadar FSH dan jumlah folikel ovarium pada tikus model hipoestrogen dengan DMPA dengan dosis yang paling optimal yaitu 280 mg/200 g BB/hari (One Way Anova p < 0.05). Paparan progesteron dari DMPA akan berikatan dan berinteraksi dengan reseptor progestin kemudian berdifusi menuju sel target, seperti hipotalamus dan hipofisis selanjutnya berikatan dengan reseptor progesteron. Progestin akan menghambat pelepasan GnRH dari hipotalamus dan menstimulasi pelepasan FSH dan LH dari hipofisis anterior dalam kadar yang rendah. Rendahnya kadar FSH akan menghambat perkembangan dan maturasi folikel sehingga tidak terjadi ovulasi. Bengkuang (Pachyrhizus erosus) mengandung senyawa isoflavon dengan struktur kimia mirip estrogen. Konsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen (genistein dan daidzein) dapat mempengaruhi fungsi ovarium karena fungsi ovarium dikendalikan oleh hormon yang beredar dalam tubuh, yaitu estrogen yang sebagian besar diproduksi di ovarium dan masuk dalam sirkulasi kemudian memberikan sinyal menuju otak. Estrogen menstimulasi hipotalamus untuk menghasilkan GnRH yang kemudian memberikan sinyal pada hipofisis anterior untuk menghasilkan FSH yang memberi sinyal pada ovarium untuk ovulasi. Senyawa dengan aktivitas estrogenik berpotensi mempengaruhi persinyalan ini dan menimbulkan respon karena berikatan dengan reseptor estrogen dan β. Hipotalamus dan hipofisis merespon estrogen dengan memproduksi gonadotropin, FSH dan LH yang berperan dalam mengendalikan ovulasi. Sinyal estrogen pada ovarium berperan dalam mengendalikan eskpresi gen yang diperlukan untuk perkembangan folikel. Penggunaan bahan alami seperti bengkuang dapat dimanfaatkan menjadi sumber estrogen alami sehingga dapat digunakan sebagai alternatif terapi pengganti hormon pada wanita dengan kondisi hipoestrogen.