Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Saga Pohon (Adenanthera Pavonina L.)

Main Author: Mujahidin, Anwarul
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/177001/
Daftar Isi:
  • Hijauan pakan ternak merupakan pakan utama bagi kehidupan ternak ruminansia. Produksi ternak yang tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) merupakan salah satu dari jenis famili leguminose. Saga pohon tidak memerlukan lahan khusus untuk tumbuh karena bisa tumbuh di lahan kritis, tidak perlu dipupuk, atau perawatan yang intensif. Proses pertumbuhan dan perkembangan ditentukan oleh faktor internal (gen dan hormon) dan faktor eksternal (makanan, suhu, kelembaban, oksigen, air, dan cahaya). Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh mahluk hidup. Pada tumbuhan cahaya matahari sangat dibutuhkan untuk menghasilkan makanan dari fotosintesis. Pada setiap jenis tanaman atau jenis pohon memiliki reaksi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran cahaya matahari. Sehingga untuk menghasilkan bibit dengan kualitas yang baik dibutuhkan intensitas cahaya yang optimal. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh dari pemberian naungan terhadap pertumbuhan tanaman saga pohon (Adenanthera pavonina L.). Penelitian dilaksanakan di Greenhouse Laboratorium Lapang Sumbersekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang berlangsung mulai bulan Februari 2018 hingga bulan April 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan diameter batang tanaman saga pohon (Adenanthera pavonina L). Materi penelitian ini adalah menggunakan bibit saga pohon (Adenanthera pavonina L.) yang diperoleh dari Madura. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa paranet, meteran, kaliper, penggaris, luxmeter (light meter), timbangan analitik, skop, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah bibit saga pohon (Adenanthera pavonina L.), air, dan polybag. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Tersarang (Nested). Ada beberapa faktor yang di perhatikan yaitu faktor naungan (40%, 60%, 80%, dan tanpa naungan) dan faktor umur pengamatan perminggu (minggu ke 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12) dengan 4 ulangan. Setiap ulangan menggunakan 10 benih sehingga berjumlah 160 benih, serta diukur pada masing-masing perlakuan dan ulangan. Polybag yang digunakan ukuran 15 cm x 20 cm diletakkan 1 atau 2 benih saga pohon, sehingga jumlah benih yang digunakan adalah 160 benih. Benih saga pohon yang ditanam pada polybag dengan intensitas cahaya 100% atau tanpa naungan (P0), intensitas cahaya 60% (P1), intensitas cahaya 40% (P2), dan intensitas cahaya 20% (P3). Pemberian naungan pada tanaman menggunakan paranet yang diletakkan diatas tanaman kemudian persentase intensitas cahaya diukur menggunakan light meter dan Perlakuan diberikan selama 8 minggu (2 bulan), dimulai saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Estimasi laju kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang menggunakan analisis regresi linier dan untuk laju kecepetan pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang menggunakan analisis regresi non linier (eksponential) dan selanjutnya akan dianalisis dengan metode analisis of varians (ANOVA), apabila hasil pengujian terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan menggunakan Uji Jarak Nyata Duncan. Variable penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan diameter batang tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pengamatan yang tersarang pada perlakuan pemberian naungan berpengaruh sangat nyata (P<0,1) terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan diameter batang. Rataan tinggi tanaman (cm) sampai minggu ke 12 pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa koefisien regresi sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan didapatkan bahwa semakin tinggi naungan (N80) maka percepatan pertumbuhan saga relatif sama dengan pertumbuhan tanaman tanpa naungan (N0). Namun pertumbuhan N40 dan N60 berada dibawah N80. Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin tinggi naungan maka akan terjadi proses etiolasi yang semakin cepat. Rataan jumlah daun (helai) sampai minggu ke 12 masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa koefisien regresi sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan jumlah daun didapatkan bahwa semakin tinggi naungan (N80) maka percepatan pertumbuhan jumlah daun saga semakin tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah daun tanaman tanpa naungan (N0), naungan 40%, dan naungan 60%. Hal ini memberikan indikasi bahwa pada kondisi yang lebih gelap (ternaungi) tanaman akan memperbanyak jumlah daun yang akan digunakan untuk menangkap cahaya matahari, sehingga cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis tercukupi. Rataan jumlah cabang sampai minggu ke 12 pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa koefisien regresi sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan didapatkan bahwa semakin tinggi naungan maka percepatan pertumbuhan saga semakin tinggi dan jumlah cabang tertinggi terdapat pada naungan 80%. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tanaman dengan naungan 80% yang menerima sedikit cahaya matahari untuk digunakan sebagai sumber energi proses fotosintesis maka tanaman akan memperbanyak jumlah cabang diikuti dengan pertambahan jumlah daun sehingga tanaman akan lebih mudah untuk menangkap cahaya matahari. Rataan diameter batang (mm) sampai minggu ke 12 pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa koefisien regresi sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan didapatkan bahwa semakin rendah naungan P0(N0) maka percepatan pertumbuhan diameter batang semakin besar bila dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan naungan. Kesimpulan penelitian diperoleh bahwa Pada tanaman saga pohon (Adenanthera pavonina L.) pemberian perlakuan naungan 80% memberikan respon tercepat terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. Pertumbuhan diameter paling tinggi pada perlakuan kontrol dengan intensitas cahaya 100% dikarenakan tanaman akan lebih optimal menangkap cahaya untuk tumbuh kembang tanaman.